ZAT PENGATUR TUMBUH
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep zat pengatur tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman
adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang
rendahmempengaruhi proses -proses fisiologis. Proses-proses fisiologis
ini terutamatentang proses pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman.
Proses-proseslain seperti pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi
dan serapan haradipengaruhi oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang
juga disebutfitohormon, tetapi istilah ini lebih jarang digunakan.Istilah
hormon ini berasal dari bahasa Gerika yang berarti pembawa pesankimiawi (Chemical
messenger) yang mula-mula dipergunakan pada fisiologi hewan.Dengan
berkembangnya pengetahuan biokimia dan dengan majunya industry kimia maka
ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai pengaruh fisiologisyang serupa
dengan hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnyadikenal dengan
nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT = Plant Growth Regulator).
Tentang senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore
mencirikannyasebagai berikut :
1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik
bukan nutrisi yangaktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada
bagian tertentu, padaumumnya ditranslokasikan kebagian lain tanaman dimana
senyawa tersebut,menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi
yang dalam konsentrasirendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara
kualitatifmengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat
pertumbuhan secara umumdan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong
pertumbuhan.
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan
beberapagolongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan ataufitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsihormon
pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalamjumlah
yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah
inikarena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen,
dihasilkansendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan
pemberian zat-zattertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dariluar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan
istilah zat pengatur tumbuh(bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan
berfungsisebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan.Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen
yang semulatidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon
tumbuhanmerupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untukmempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
BAB II
MACAM – MACAM HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu
auksin,sitokinin,giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel 1). Tiap kelompok
ZPT dapatmenghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT
mempengaruhipertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT tersebut yang mempengaruhiperkembangan
tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangatsedikit,
akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target.
ZPTmenstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk
membelahatau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara
menghambatpembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat
mempengaruhimetabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini
dengan caramempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada
tumbuhan seperti halnyapada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular
seperti mengekspresikan suatugen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau
mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT
padatumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT
tidakbekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
padaumumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan
mengontrolpertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Tabel
1. Peranan ZPT pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
ZPT
|
Fungsi
Utama
|
Tempat
Dihasilkan dan lokasinya pada tumbuhan
|
Auksin
Sitokinin
Giberelin
Asam
absisat
(ABA)
Etilen
|
Mempengaruhi pertambahan panjang
batang,
pertumbuhan, diferensiasi dan
percabangan
akar; perkembangan buah; dominansi
apikal;
fototropisme dan geotropisme.
Mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi
akar; mendorong pembelahan sel dan
pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan menunda penuaan
Mendorong perkembangan biji,
perkembangan
kuncup, pemanjangan batang dan
pertumbuhan
daun; mendorong pembungaan dan
perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
Menghambat pertumbuhan; merangsang
penutupan stomata pada waktu
kekurangan air,
memper-tahankan dormansi.
Mendorong pematangan; memberikan
pengaruh
yang berlawanan dengan beberapa
pengaruh
auksin; mendorong atau menghambat
pertumbuhan dan? perkembangan akar,
daun,
batang dan bunga.
|
Meristem apikal tunas
ujung, daun
muda, embrio dalam
biji.
Pada akar, embrio dan buah, berpindah
dari akar ke organ lain.
Meristem apikal tunas
ujung dan akar;
daun muda; embrio.
Daun; batang, akar,
buah berwarna
hijau.
Buah yang matang,
buku pada batang,
daun yang sudah
menua.
|
Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangantumbuhan, dengan
mempengaruhi : pembelahan sel, perpanjangan sel, dan differensiasisel. Beberapa
hormon juga menengahi respon fisiologis berjangka pendek daritumbuhan terhadap
stimulus lingkungan. Setiap hormon, mempunyai efek gandatergantung pada :
tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangantumbuhannya.
Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi yang sangat rendah;
tetapisejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap
pertumbuhandan perkembangan organ suatu tumbuhan. Hal ini secara tidak langsung
menyatakanbahwa, sinyal hormonal hendaknya diperjelas melalui beberapa cara.
Suatu hormon, dapat berperan dengan mengubah ekspresi gen, denganmempengaruhi
aktivitas enzim yang ada, atau dengan mengubah sifatmembran.Beberapa
peranan ini, dapat mengalihkan metabolisme dan pekembangansel yang tanggap terhadap
sejumlah kecil molekul hormon. Lintasan transduksi sinyal,memperjelas sinyal
hormonal dan meneruskannya ke respon sel spesifik.
Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu tergantung pada jumlah absolute
hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi
relatifnyadibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon,
dapatmengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon
secaramandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi
hormon.
2.1.Auksin
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki
fungsiutama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang.
Beberapaauksindihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic
acid), PAA(Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic
acid) dan IBA (indolebutyricacid) dan beberapa lainnya merupakan
auksin sintetik, misalnya NAA (napthaleneacetic acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic
acid) dan MCPA (2-methyl-4chlorophenoxyacetic acid).
Istilah auksin juga digunakan untuk zat kimia yang meningkatkan
perpanjangankoleoptil; walaupun demikian, auksin pada kenyataannya mempunyai
fungsi ganda padaMonocotyledoneae maupun pada Dicotyledoneae. Auksin alami yang
berada di dalamtumbuhan, adalah asam indol asetat (IAA=Indol Asetic Acid), akan
tetapi, beberapasenyawa lainnya, termasuk beberapa sintetisnya, mempunyai
aktivitas seperti auksin.Nama auksin digunakan khususnya terhadap IAA. Walaupun
auksin merupakanhormon tumbuhan pertama yang ditemukan, namun masih banyak yang
harus dipelajaritentang transduksi sinyal auksin dan tentang regulasi
biosintesis auksin. Kenyataansekarang mengemukakan bahwa auksin diproduksi dari
asam amino triptopan di dalamujung tajuk tumbuhan.
Pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar tanaman kacang kapri.Kecambah
yang diberi perlakuan IAA menunjukkan pertambahan tinggi yang lebihbesar
(kanan) dari tanaman kontrol (kurva hitam). Tempat sintesis utama auksin
padatanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas ujung. IAA yang diproduksi di
tunasujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan berfungsi mendorong
pemanjangan selbatang. IAA mendorong pemanjangan sel batang hanya pada
konsentrasi tertentu yaitu0,9 g/l. Di atas konsentrasi tersebut IAA akan
menghambat pemanjangan sel batang.Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi
karena konsentrasi IAA yang tinggimengakibatkan tanaman mensintesis ZPT lain
yaitu etilen yang memberikan pengaruhberlawanan dengan IAA. Berbeda dengan
pertumbuhan batang, pada akar, konsentrasiIAA yang rendah (<10-5 g/l) memacu
pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasiIAA yang tinggi menghambat
pemanjangan sel akar. Sehingga dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan konsentrasi yang
berbedamenimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat
memberikan pengaruh yangberbeda pada sel-sel target yang berbeda.
Peranan Auksin
a.
Auksin Di Dalam Perpanjangan Sel
Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin.
Pada saat auksin bergerak dar ujung tunas ke bawah ke daerah perpanjangan sel,
maka hormon auksin mengstimulasi pertumbuhan sel, mungkin dengan mengikat
reseptor yang dibangun di dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan
hanya pada kisaran konsentrasi tertentu; yaitu antara : 10-8
M sampai 10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi; auksin akan menghambat
perpanjangan sel, mungkin dengan menginduksi produksi etilen, yaitu
suatu hormon yang pada umumnya
berperan sebagai inhibitor pada perpanjangan sel.
Berdasarkan suatu hipotesis yang
disebut hipotesis pertumbuhan asam (acid growth
hypothesis), pemompaan proton membran plasma
memegang peranan utama dalam respon pertumbuhan
sel terhadap auksin. Di daerah perpanjangan tunas, auksin menstimulasi
pemompaan proton membran plasma, dan dalam beberapa menit; auksin akan
meningkatkan potensial membran (tekanan melewati membran) dan menurunkan
pH di dalam dinding sel (Gambar 2).
Pengasaman dinding sel ini, akan
mengaktifkan enzim yang disebut ekspansin; yang memecahkan
ikatan hidrogen antara mikrofibril sellulose,
dan melonggarkan struktur dinding sel. Ekspansin dapat melemahkan
integritas kertas saring yang dibuat dari sellulose murni.
Penambahan potensial membran, akan meningkatkan pengambilan
ion ke dalam sel, yang menyebabkan pengambilan
air secara osmosis. Pengambilan air, bersama
dengan penambahan plastisitas dinding sel, memungkinkan sel untuk memanjang.
Auksin juga mengubah ekspresi gen secara
cepat, yang menyebabkan sel dalam daerah perpanjangan, memproduksi
protein baru, dalam jangka waktu beberapa menit. Beberapa protein,
merupakan faktor transkripsi yang secara
menekan ataupun mengaktifkan ekspresi gen lainnya.
Untuk pertumbuhan selanjutnya, setelah dorongan
awal ini, sel akan membuat lagi sitoplasma dan bahan dinding sel.
Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan selanjutnya.
b.
Auksin dalam Pembentukan Akar Lateral dan Akar Adventif
Auksin digunakan secara komersial di dalam
perbanyakan vegetatif tumbuhan melalui stek. Suatu potongan
daun, maupun potongan batang, yang diberi serbuk
pengakaran yang mengandung auksin, seringkali
menyebabkan terbentuknya akar adventif dekat permukaan potongan
tadi. Auksin juga terlibat di dalam pembentukan percabangan akar.
Beberapa peneliti menemukan bahwa dalam mutan Arabidopsis, yang memperlihatkan
perbanyakan akar lateral yang ekstrim ternyata mengandung auksin dengan
konsentrasi 17 kali lipat dari konsentrasi yang normal.
c.
Auksin Sebagai Herbisida
Auksin sintetis, seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D),
digunakan secara meluas sebagai herbisida tumbuhan. Pada
Monocotyledoneae, misalnya : jagung dan rumput
lainnya dapat dengan cepat men ginaktifkan
auksin sintetik ini, tetapi pada Dicotyledoneae
tidak terjadi, bahkan tanamannya mati karena
terlalu banyak dosis hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia
ataupun padang rumput dengan 2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar
seperti dandelion.
d.
Efek Lainnya Dari Auksin
Selain untuk menstimulasi perpanjangan sel dalam pertumbuhan
primer; auksin juga mempengaruhi pertumbuhan sekunder,
termasuk pembelahan sel di dalam kambium pembuluh, dan
dengan mempengaruhi differensiasi xylem sekunder.
Biji yang sedang berkembang mensintesis auksin, untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan buah di dalam tumbuhan.
Auksin sintetik yang disemprotkan ke dalam
tanaman tomat anggur akan menginduksi
perkembangan buah tanpa memerlukan pollinasi. Hal ini
memungkinkan untuk menghaslkan tomat tanpa biji, melalui
substitusi auksin sintetik, pada auksin yang
disintetis secara normal, pada biji yang sedang berkembang.
2.2
Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang
mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam
sitokinin merupakan sitokinin alami (misal
: kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya
merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami
dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama
pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya
diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Ahli biologi
tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman.
Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol
dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman.
Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian
produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari
tanaman yang membutuhkannya.
Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh
dalam wadah berair dapat ditunda penuaannya beberapa hari apabi la disemprot
dengan sitokinin. Sitokinin juga dapat menghambat penuaan
bunga dan buah. Penyemprotan sitokinin pada
bunga potong dilakukan agar bunga tersebut tetap segar.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang
kompleks yaitu tunaslateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya.
Pola pertumbuhan inimerupakan hasil interaksi antara auksin
dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dandiangkut ke
tajuk, sedangkan auksin dihasilkan dikuncup terminal kemudian diangkut ke
bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral
yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan
tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup
aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan
dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang
dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan
kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratiositokinin terhadap auksin
yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan. Interaksi antagonis
antara auksin dan sitokinin juga merupakan
salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar
dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan
menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak.
Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan
menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam
jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya
juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
Peranan
Sitokinin
a.
Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel
Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh
aktif, khususnya pada akar, embrio, dan buah.
Sitokinin yang diproduksi di dalam
akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke
bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja
bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulas pembelahan sel dan
mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan
sel di dalam kultur jaringan, memberikan
petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini
berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap.
Ketika satu potongan jaringan
parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin,
maka selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi
tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek.Akan
tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel
itu dapat membelah.
b.
Pengaturan Dominansi Apikal
Sitokinin, auksin, dan faktor
lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi
apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas
terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar.
Sampai sekarang, hipotesis yang menerangkan
regulasi hormonal pada dominansi apikal, yaitu
hipotesis penghambatan secara langsung,
menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara antagonistis dalam
mengatur pertumbuhan tunas aksilari.
Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang
ditransportasikan ke bawah tajuk dari tunas terminal,secara
langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk
tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan percabanganlateral.
Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk
tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan
mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai
tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan
faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar.
Banyak penelitian yang konsisten dengan
hipotesis penghambatan langsung ini. Apabila tunas terminal yang
merupakan sumberauksinutamadihilangkan, maka penghambatan tunas
aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak.
Aplikasi auksin pada permukaan
potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali
pertumbuhan tunas lateral. Mutan yang terlalu banyak memproduksi
sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk lebih
menyemak dibanding yang normal.
c. Efek Anti Penuaan
Sitokinin, dapat menahan penua an
beberapa organ tumbuhan, dengan menghambat pemecahan protein,
dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan dengan memobilisasi
nutrien dari jaringan di sekitarnya.
Apabila daun yang dibuang dari
suatu tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan sitokinin,
maka daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada
biasanya. Sitokinin jugamemperlambat deteorisasi daun pada tumbuhan utuh.
Karena efek anti penuaan ini, para floris melakukan
penyemprotan sitokinin untuk menjaga supaya bunga potong tetap
segar.
Pada tahun 1926, ilmuwan
Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan
Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia
yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebutdinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti
menemukan bahwa giberelin dihasilkan secara
alami oleh tanaman yang memiliki fungsi
sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini
akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan
Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah
berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan
terdapat lebih dari 110 macam senyawa
giberelin yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan
angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat
diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama
pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian
besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk
inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat
pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku,
tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri.
GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Salah satu zat kimia yang diperlukan dalam proses pemuliaan
tanaman adalah GA3, sejak tahun 1950 orang sudah menaruh harapan
besar terhadap GA terutama untuk meningkatkan produksi tanaman budidaya. GA
sintesis yang biasanya tersedia secara komersial adalah GA3, GA7,
GA13. Giberelin terdapat dalam berbagai organ: akar, batang,
tunas, daun, tunas- tunas bunga, bintil akar, buah, dan jaringan kalus. (Heddy,
1986).
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi
berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada
tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh
yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan
secara tunggal. Namun demikian auksin dalam
jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal. Sebagian besar tumbuhan
dikotil dan sebagian kecil tumbuhan
monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA,
tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan
konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan
pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa
mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal
setelah diberi GA. Efek giberelin tidak
hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan
tumbuhan seperti halnya auksin. Pada beberapa
tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan
dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Peranan
Giberellin
a.
Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah
tempat utama yang memproduksi gibberellin. Gibberellin
menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya
dalam pertumbuhan akar sedikit . Di dalam
batang, gibberellin menstimulasi perpanjangan sel dan
pembelahan sel.
Seperti halnya auksin, gibberellin
menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak
mengasamkan dinding sel. Satu hipotesis menyatakan
bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang
mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi
penetrasi protein ekspansin ke dalam dinding sel. Di dalam
batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan
dinding sel dan mengaktifkan ekspansin; sedangkan
gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin ke dalam
dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel.
Efek gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan
batang, adalah jelas, ketika mutan tumbuhan tertentu yang
kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri
yang kerdil (termasuk yang dipelajari oleh Mendel),
tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi gibberellin.
Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan
yang ukurannya normal, seringkali tidak
memberikan re spon. Nampaknya, tumbuhan tersebut
sudah memproduksi dosis hormon yang optimal.
Suatu contoh yang paling menonjol, dari perpanjangan batang
yang telah diinduksi oleh gibberellin;adalah terjadinya
pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut
bolting, yaitu pertumbuhan tangkai bunga yang cepat.
Fase vegetatif beberapa tumbuhan,
seperti pada kubis, tumbuh dalam bentuk roset;
yaitu, tumbuhnya pendek dekat dengan tanah karena ruas-ruas (internodus) yang
pendek. Pada saat tumbuhan berubah ke fase reproduktif, maka
terjadi ledakan gibberellin yang menginduksi internodus menjadi
memanjang dengan cepat, sehingga kuncup bunga menjadi tinggi dan berkembang
pada ujung batang.
b.
Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin
maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia untuk mengatur
pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu dengan menyemprot
anggur ‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar 6)
adalah sangat penting.
Hormon, menjadikan buah anggur
secara individu tumbuh lebih besar, sesuai dengan
ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus) lebih
panjang, sehingga lebih banyak tempat bagi tiap-tiap buah anggur untuk berkembang.
Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi
udara antara buah anggur yang satu dengan yang
lainnya; juga menjadikan buah anggur lebih
keras, sehingga tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya yang
akan menginfeksi buah.
c.
Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah
air diimbibisi, terjadi pelepasan gibberellin dari embrio,
yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan dormansi dan segera
berkecambah. Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahayaatau temperatur yang
dingin, maka pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi. Gibberellin,
membantu pertumbuhan pada perkecambahan serialia,
dengan menstimulasi sintesis enzim pencerna
seperti amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga
giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung
antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang
menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh,
air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong
perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan
yang terdapat di dalam biji. Pada
beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi
antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam
absisat yang menyebabkan dormansi biji.
2.4
Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering
merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi
menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada
saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat
pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada cambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun
sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik
yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena
diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan
pada musimgugur. Nama tersebut telah popular walaupun para peneliti
tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatutumbuhan,merupakan hal yang
menguntungkanuntuk menunda/menghentikan pertumbuhan
sementara. Dormansi biji sangat penting terutama
bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses
perkecambahan dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan
kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi dormansi
biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya
bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan.
Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam
tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji.
Peranan
Asam Absisat (ABA)
a.
Dormansi Biji
Dormansi biji, mempunyai nilai
kelangsungan hidup yang besar; karena dia menjamin bahwa biji akan
berkecambah; hanya apabila ada kondisi yang optimal dari : cahaya, temperatur,
dan kelembaban. Apa yang mencegah biji yang
disebarkan pada mus im gugur untuk segera
berkecambah lalu mati hanya karena adanya
musim dingin. Mekanisme apa yang menjamin bahwa biji
tertentu berkecambah pada musim semi?. Apayang mencegah biji berkecambah di
dalam keadaan gelap, ataupun kelembaban yang tinggi di dalam biji.
Jawabannya adalah ABA. Level ABA akan bertambah
100kali lipat selama pematangan biji. Level ABA yang tinggi dalam
pematangan biji ini, akan menghambat perkecambahan, dan
menginduksi produksi protein khusus, yang membantu biji untuk menahan dehidrasi
yang ekstrim yang mengiringi pematangan.
Banyak tipe biji yang dorman, akan berkecambah ketika ABA
pada biji tersebut dihilangkan, atau dinonaktifkan,
dengan beberapa cara. Biji beberapa tumbuhan gurun,
akan pecah dormansinya, apabila terjadi hujan yang lebat
yang akan mencuci ABA dari biji. Biji lainnya membutuhkan
cahaya ataupun membutuhkan keterbukaan yang lebih lama
terhadap temperatur dingin untuk memicu tidak aktifnya ABA. Sering kali rasio
ABA-gibberellin menentukan; apakah biji itu akan tetap dorman atau akan
berkecambah. Penambahan ABA ke dalam biji
yang sedianya berk ecambah, akan kembali menjadikan dalam
kondisi dorman. Mutan jagung, yang mempunyai
biji yang sudah berkecambah saat masih pada
tongkolnya, tidak mempunyai faktor transkripsi
fungsional yang diperlukan oleh ABA untuk menginduksi
ekspresi gen tertentu.
b.
Cekaman Kekeringan
ABA, adalah sinyal internal
utama, yang memungkinkan tumbuhan, untuk menahan
kekeringan. Apabila suatu tumbuhan memulai layu, maka ABA
berakumulasi di dalam daun, dan menyebabkan stomata
menutup dengan cepat, untuk mengurangi transpirasi, dan mencegah
kehilangan air berikutnya.
ABA, melalui pengaruhnya terhadap mesenjer ke-2, yaitu
terhadap Ca (kalsium), menyebabkan peningkatan pembukaan saluran K (kalium)
sebelah luar secara langsungdi dalam membran plasma
sel penutup. Hal ini mendorong kehilangan kalium dalam bentuk
massif darinya, yang jika disertai dengan
kehilangan air secara osmotis akan mendorong
pengurangan turgor sel penutup yang mengecilkan celah stomata.
Dalam beberapa kasus, kekurangan
air terlebih dahulu akan mencekam sistem perakaran sebelum
mencekam sistem tajuk. ABA akan ditransportasi dari akar ke daun, yang
berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early
warning system). Mutan ‘Wilty’ yang mengalami
kelayuan, yang biasanya mudah untuk layu,
dalam beberapa kasus disebabkan karena kekurangan produksi ABAnya.
2.5
ETHYLENE
Buah-buahan mempunyai arti penting sebagi sumber
vitamine, mineral, dan zat-zat lain dalam menunjang
kecukupan gizi. Buah-buahan dapat kita makan
baik pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya.
Sebagian besar buah yang dimakan adalah buah yang
telah mencapai tingkat kematangannya. Untuk
meningkatkan hasil buah yang masak baik
secara kualias maupun kuantitasnya dapat diusahakan
dengan substansi tertentu antara lain
dengan zat pengatur pertumbuhan Ethylene. Dengan
mengetahui peranan ethylene dalam pematangan
buah kita dapat menentukan penggunaannya dalam industri
pematangan buah atau bahkan mencegah produksi dan aktifitas
ethyelen dalam usaha penyimpanan buah-buahan.
Ethylene mula-mula diketahui dalam
buah yang matang oleh para pengangkut buah
tropica selama pengapalan dari Yamaika ke Eropa pada tahun
1934, pada pisang masak lanjut mengeluarkan gas yang juga dapat memacu
pematangan buah yang belum masak. Sejak saat itu Ethylene (C2 H2)
dipergunakan sebagai sarana pematangan buah dalam industri.
Ethylene adalah suatu gas
yang dapat digolongkan sebagai zat pengatur
pertumbuhan (phytohormon) yang aktif dalam
pematangan. Dapat disebut sebagai hormon
karena telah memenuhi persyaratan sebagai
hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, besifat
mobil dalam jaringan tanaman dan merupakan
senyawa organik. Seperti hormon lainnya ethylene
berpengaruh pula dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman antara lain mematahkan dormansi umbi kentang, menginduksi
pelepasan daun atau leaf abscission,
menginduksi pembungaan nenas. Denny danMiller (1935)
menemukan bahwa ethylene dalam buah, bunga, biji, daun dan akar.
Proses pematangan buah sering dihubungkan dengan
rangkaian perubahan yang dapat dilihat meliputi warna, aroma, konsistensi dan
flavour (rasa dan bau). Perpaduan sifat-sifat tersebut akan menyokong
kemungkinan buah-buahan enak dimakan. Proses pematangan buah didahului dengan
klimakterik (pada buah klimakterik). Klimakterik dapat
didefinisikan sebagai suatu periode mendadak yang
unik bagi buah dimana selama proses terjadi
serangkaian perubahan biologis yang diawali
dengan proses sintesis ethylene. Meningkatnya respirasi dipengaruhi oleh
jumlah ethylene yang dihasilkan, meningkatnya sintesis
protein dan RNA. Proses kl imakterik pada
Apel diperkirakan karena adanya perubahan permeabilitas selnya yang menyebabkan
enzym dan susbrat yang dalam keadaan normal
terpisah, akan bergabung dan bereaksi satu dengan
lainnya.
Perubahan warna dapat terjadi
baik oleh proses-proses perombakan maupun proses
sintetik, atau keduanya. Pada jeruk manis perubahan warna ni disebabkan
oleh karena perombakan khlorofil dan pembentukan zat warna karotenoid.
Sedangkan pada pisang warna kuning terjadi karena
hilangnya khlorofil tanpa adanya atau
sedikitpembentukan zat karotenoid. Sisntesis
likopen dan perombakan khlorofil merupakan ciri perubahan
warna pada buah tomat.
Menjadi lunaknya buah disebabkan oleh perombakan
propektin yang tidak larutmenjadi pektin yang larut, atau hidrolisis zat
pati (seperti buah waluh) atau lemak (pada adpokat). Perubahan
komponen-komponen buah ini diatur oleh
enzym-enzym antara lain enzym hidroltik, poligalakturokinase, metil
asetate, selullose.
Flavour adalah suatu yang
halus dan rumit yang ditangkap indera yang
merupakan kombinasi rasa (manis, asam, sepet), bau (zat-zat atsiri) dan
terasanya pada lidah. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula
sederhana yang memberi rasa manis, penurunan
asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik
yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan
kenaikan zat-zat atsiri yang memberi flavour khas pada
buah.
Proses pematangan juga diatur
oleh hormon antara lain AUXIN, sithokinine,
gibberellin, asam-asam absisat dan ethylene.Auxin
berperanan dalam pembentukan ethylene, tetapi
auxin juga menghambat pematangan buah.
Sithokinine dapatmenghilangkan perombakan protein, gibberellin menghambat
perombakan khlorofil dan menunda penimbunan karotenoid-karotenoid.Asam absisat
menginduksi enzym penyusun/pembentuk karotenoid, dan ethylene dapat mempercepat
pematangan.
Peranan
Ethylene
a.
Ethylene sebagai hormon pematangan
Ethylene sebagi hormon akan mempercepat
terjadinya klimakterik. Biale (1960) telah membuktikan
bahwa pada buah adpokat yang disimpan
di udara biasa akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila
disimpan dalam udara dengan kandungan ethylene 10 ppm selama 24 jam buah
adpokat tersebut akan matang dalam waktu 6 hari. Aplikasi
C2H2 (Ethylene) pada buah-buahan klimakterik,
makin besar konsentrasi C2H2 sampai tingkat
kritis makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene
tersebut bekerja paling efektif pada waktu
tahap klimakerik, sedangkan penggunaan C2H2 pada tahap
post klimakerik tidak merubah laju respirasi.
Pada buah-buahan non klimakterik respon terhadap
penambahan ethylene baik pada buah pra panen maupun
pasca panen, karena produksi ethylene pada buah non
klimakterik hanya sedikit.
Dari penelitian Burg dan Burg
(1962), juga dapat diketahui bahwa ethylene
merangsang pemasakan klimakerik. Sedangkan
menurut Winarno (1979) dikatakan bahwa
uah-buahan non klimakterik akan mengalami klimakterik setelah
ditambahkan ethylene dalam jumlah yang besar.
Sebagai contohbuah non kl imakterik untuk percobaannya
adalah jeruk. Di samping itu pada buah-buahan non klimakterik
apabila ditambahkan ethylene beberapa kali akan terjadi klimakterik yang
berulang-ulang.
Penelitian Mattoo dan Modi (19
69) telah menunjukkan bahwa C2H2 meningkatkan kegiatan
enzym-enzym katalase, peroksidase, dan amylase dalam irisan-irisan
mangga sebelum puncak kemasakannya. Serta
selama pema cuan juga diketemukan zat-zat serupa
protein yang menghambat pemasakan, dalam irisan-irisan itu
dapat hilang dalam waktu 45 jam.
Perlakuan dengan C2H2 mengakibatkan irisan-irisan
menjadi lunak dan tejadi perubahan warna yang
menarik dari putih ke kuning, yang memberi petunjuk
timbulnya gejala-gejala kematangan yang khas.
b.
Ethylene Pada Absisi Daun
Kehilangan daun pada setiap
musim gugur merupakan suatu adaptasi untuk
menjaga agar tumbuhan yang berganti daun, selama
musim dingin tetap hidup ketika akar tidak bisa mengabsorpsi air
dari tanah yang membeku.
Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa elemen
essensial diselamatkan dari daun yang mati, dan disimpan di dalam sel parenkhim
batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk pertumbuhan daun pada musim semi
berikutnya.
Warna daun pada musim gugur, merupakan suatu kombinasi dari
warna pigmen merah yang baru dibuat selama
musim gugur, dan warna karotenoid yang
berwarna kuning dan orange, yang sudah
ada di dalam daun, tetapi kelihatannya berubah
karena terurainya klorofil yang berwarna hijau tua pada musim gugur.
Ketika daun pada musim gugur rontok,
maka titik tempat terlepasnya daun merupakan
suatu lapisan absisi yang berlokasi dekat
dengan pangkal tangkai daun. Sel parenkhim berukuran kecil dari
lapisan ini mempunyai dinding sel yang sangat tipis, dan tidak mengandung sel
serat di sekelilingjaringan pembuluhnya. Lapisan absisi selanjutnya
melemah, ketika enzimnya menghidrolisis polisakarida di dalam dinding
sel. Akhirnya dengan bantuan angin, terjadi suatu pemisahan di dalam lapisan
absisi. Sebelum daun itu jatuh, selapisan
gabus membentuk suatu berkas pelindung di
samping lapisan absisi dalam ranting
tersebut untuk mencegah patogen yang akan
menyerbu bagian tumbuhan yang ditinggalkannya (Gambar 8).
Suatu perubahan keseimbangan etilen dan auksin, mengontrol
absisi. Daun yang tua, menghasilkan semakin sedikit
auksin; yang menyebabkan sel lapisan absisi lebih
sensitif terhadap etilen. Pada saat pengaruh etilen terhadap lapisan absisi
kuat, maka sel itu memproduksi enzim, yang mencerna sellulose dan komponen
dinding sel lainnya.
b.
Ethylene dan Permeablitas Membran
Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam
lemak sedangkan memban dari sel terdiri dari senyawa
lemak. Oleh karena itu ethylene dapat
larut dan menembus ke dalam membran
mitochondria. Apabila mitochondria pada fase
pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah ethylene, ternyata terjadi
pengembangan volume yang akan meningkatkan permeablitas sel
sehingga bahan-bahan dari luar mitochondria akan
dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas
sel akan memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat
buah dengan enzym-enzym pematangan.
c.Ethylene
dan Aktiitas ATP-ase
Ethylene mempunai peranan dalam
merangsang aktiitas ATP-ase dalam penyediaan
energi yang dibutuhkan dalam metabolisme. ATP-ase adalah
suatu enzym yang diperlukan dalam pembuatan
enegi dari ATP yang ada dalam buah.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
ADPÃ ATP
-----------------------
Energi ATP-aseà + P --------------------------
d.
Ethylene sebagai “Genetic Derepression”
Pada reaksi biolgis ada dua
faktor yang mengontrol jalannya reaksi. Yang
pertama adalah “Gene repression” yang
menghambat jalannya reaksi yang berantai untuk
dapat berlangsung terus. Yang kedua adalah
“Gene Derepression” yaitu faktor yang dapat menghilangkan
hambatan tersebut sehingga reaksi dapat berlangsun.
Selain itu ethylene mempengaruhi
proses-proses yang tejadi dalam tanaman termasuk
dalam buah, melalui perubahan pada RNA
dan hasilya adalah perubahan dalam sintesis protein yang
diatur RNA sehingga pola-pola enzym-enzymnya mengalami perubahan pula.
2.5.1
Interaksi Ethylene dengan Auxin
Di dalam tanaman ethylene
mengadakan interaksi dengan hormon auxin. Apabila
konsentrasi auxin meningkat maka produksi ethylen pun akan meningkat pula.
Peranan auxin dalam pematangan buah hanya
membantu merangsang pembentukan ethylene, tetapi
apabila konsentrasinya ethylene cukup tinggi
dapat mengakibatkan terhambatnya sintesis dan aktifitas auxin.
2.5.2
Produksi dan Aktifitas Ethylene
Pembentukan ethylene dalam jaringan-jaringan tanaman
dapat dirangsang oleh adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan
infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan
mekanis pada buah-buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen
akan dapat mempercepat pematangannya.
Penggunaan sinar-sinar radioaktif
dapat merangsang produksi ethylene. Pada buah
Peach yang disinari dengan sinar gama
600 krad ternyata dapat mempercepat pembentukan
ethylene apabila dibeika pada saat pra klimakterik,
tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat
menghambat produksi ethylene.
Produksi ethylene juga dipengaruhi
oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu
renahmaupun suhu tinggi dapat menekan produk si ethylene.
Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk ethylene,
karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah
dan oksigen renah dipergunakan dalam pr
aktek penyimpanan buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang daya
simpan dari buah-buahan tersebut.
Aktifitas ethylene dalam pematangan
buah akan menurun dengan turunnya suhu, misalnya pada
Apel yang disimpan pada suhu 30 C, penggunaan ethylene dengan konsentrasi
tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses pematangan
maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas ethylene pada
bah tomat dan apel adalah 320 C, untuk buah-buahan yang lain suhunya lebih
rendah.
2.6
TRIAKONTANOL
Triakontanol adalah alkohol rantai
panjang yang memeiliki 30 atom karbon dalam
molekulnya. Triakontanol merupakan alkohol lemak,
juga lebih dikenal dengan Melissyl alkohol atau Myricyl alkohol.
Kelompok –OH, ciri dari
alkohol, berada pada akhir rantai. Rumus
kimianyaC₃₀H₆₂O dan berat
molekulnya adalah 438,42. Dalam suhu kamar,
triakontanol berbentuk solid (padat) dan
titik cairnya pada suhu 85-90oC.Triakontanol
tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik yang berbeda,
polaric dan non-polaric di alam triakontanol dapat ditemukan dalam kutikula
dari berbgai jenis tanaman.
Dalam bentuk ester, dimana triakontanol bereaksi dengan asam
dan bahan padat duitemukan dalam lilin. 1-triakontanol yang ditemukan sekitar
1930-an, sampai hari ini juga diproduksi secara
sintetis, menghasilkan begitu banyak produk
murni daripada ketika diekstrak dari bahan tanaman.
Triakontanaol merupakan pemacu
pertumbuhan (groeth stimulant) pada beberapa
jenis tanaman, sebagian besar ditemukan
pada ros yang pemberiannya meningkatkan jumlah basal
breaks.
Peningkatan
pertumbuhan Akibat pemberian Triakontanol
Pada tahun 1970an, pengamtan pertama
terhadap triakontanol y ang meningkatkan pertumbuhan
tanaman telah dipublikasikan di Amerika Seriikat. Setelah ini
, penelitian hampir seluruhkan dilakukan
dis eluruh belahan dunia, dengan hasil yang
sangat penting pada beberapa tahun kemudian datang dari India, Cina dan Jepang.
Dan beberapa tanaman komersial yang menggunakan triakontanol di area I ni,
terutama kapas dan padi.
Hasil terbaik sangat mengesankan dan
memberikan lebih dari 100% peningkatan
dalam hasil. Masalahnya, bagaimanapun, bahwa
triakontanol tidak larut dalam air dan akhirnya
membuatnya sangat sulit untuk digunakan dalam konsentrasi
rendah dimana diperlukan. Juga, dalam
triakontanol unrefined, sangat berhubungan dengan
substansi yang berperan sebagai inhibitor
dan mengga nggu pengaruh positifnya.
Triakontanol memberikan hasil yang
baik sebagai bating agent, ketika
ditambahkan ke dalam tanah dan diberikan hampir pada seluruh bagian sebagai
“pupuk daun”. Untuk jangka panjang tidak
diketahui menyebabkan perbaikan pertumbuhan tanaman akibat
pemberian triakontanol ini. Penelitian akhir-akhir ini
menduga bahwa triakontanol secara langsung mengaktifkan gen
yang mengontrol fotosintesis. Gen inimengaktifkan enzim yang
mengontrol proses kimia dari fotosinrytesis.
Cara triakontanol bekerja
berbeda secar intimewa dari rantai pendek
alkohol. Sehingga traikontanol memberikan penongkatan terbesar dalam
produktifitas juga pada tanaman C4 seperti jagung.
Dengan rantai pendek alkohol , fotosintesis
meningkat sebagai efek khususnya pada
tanaman C3 dan melalui perlindungan enzim
Rubisco dengan ckarbon yang cukup. Alkohol rantai pendek harus digunakan dalam
jumlah yang cukup besar untuk memperoleh pengaruh .Ketika diaplikasikan
bersama, triakontanol dan etanol berpengaruh pada proses fotosintesis dalam
cara yang berbeda. Pengaruh tidak meniadakan tetapai mendukung satu
sama lainnya.
Hasil
Penelitian Penggunaan Triakontanol
Triakontanol yang merupakan sebuah alkohol primer dengan 30
karbon, adalah salah satu Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) yang telah terbukti mampu meningkatkan
produksi beberapa jenis tanaman budidaya
secara efektif. Triakontanol bekerja sama dengan hormon
endogen tanaman dan faktor lingkungan untuk meningkatkan produksi
tanaman. Triakontanol (TRIA) adalah alkohol
rantai panjang jenuh yang diketahui dapat
meningkatakan aktivitas pertumbuhan ketikadisuplai secara
eksogenus pada sejumlah tanaman. Pemberian triakontanol pada
tanaman kacang hijau pada beberapa konsentrasi menunjukkan
bahwa triakontanol berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan produksi kacang hijau. Konsentrasi
yang paling efektif adalah 0,03 ppm (P3). Pada konsentrasi
ini triakontanol mampu meningkatkan jumlah
bunga, jumlah polong, panjang polong, rata-rata jumlah
biji per polong dan berat biji secara
signifikan, yaitu hampir dua kali lipat dibandingkan kontrol. Data
pendukung juga menunjukkan bahwa pada pada konsentrasi tersebut
triakontanol mampu meningkatkan panjang batang dan berat kering tajuk.
Penelitian di Cina (2002) menunjukkan bahwa
pemberian triakontanol pada tanamana padi (rice seedlings) melalui
aplikasi pada daun ( foliar application) dapat
meningkatkan bobot kering, protein dan
kandungan klorofil pada padi. Leaf
NettFotosintesis meningkat secara cepat dan secara terus menerus.
Pengaruh traikontanol pada pertumbuhan dan
hasil dilakukan pada sejumlah tanaman
hortikultura seperti tomat, lada (sweet pepper), sugar
beet, kapas, tembakau dan kentang. Penyemprotan sebanyak tiga kali melalui
daunyang diaplikasikan pada seluruh tanaman, dimulai dari tahap
awal pertumbuhan tanaman. Pada tomat dan sweet pepper, tinggi
tanaman dan jumlah da un lebih tinggi
pada tanaman yang diberi perlakuna dibandingkan
kontrol. Rata-rata jkumlah hasil per perlakuan
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kontrol. Pada tanaman sugar
beet yang diberi perlakuan triakontanol, jumlah daun
dan rat-rata bobot akar secara signi fikan
lebih besar dibandingkan kontrol. Pada tembakau
rata-rata jumlah daun per tanaman 11% lebih
banyak dibandingkan kontrol, dimana rata-rata bobot
keringnya 24% lebih besar dibandingkan tanaman control .Demikian pula
halnya pada tanaman kapas dan kentang.
BAB III
PENUTUP
Seperti yang telah dibahas
dimuka, ZPT sintetik sangat banyak
digunakan pada pertanian modern. Tanpa ZPT si
ntetik untuk mengendalikan gulma, atau untuk
mengendalikan pertumbuhan dan pengawetan
buah-buahan, maka produksi bahan makanan akan
berkurang sehingga harganya akan menjadi
mahal.Disamping itu, muncul keprihatinan bahwa
penggunaan senyawa sintetik secara berlebihan
pada produksi pangan akan menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan serius.
Sebagai contoh dioksin, senyawa kimia sampingan
dari sintesa 2, 4-D yang digunakan sebagai
herbisida selektif untuk membasmi gulma
berdaun lebar dari tumbuhan dikotil.
Walaupun 2, 4-D tidak beracun terhadap mamalia, namun
dioksin dapat menyebabkan cacat lahir, penyakit hati, dan leukimia pada hewan
percobaan.Sekarang ini, bagaimanapun juga, produksi bahan
pangan secara organik menjadi relatif lebih mahal. Persoalan
penggunaan senyawa kimia sintetik pada bidang pertanian melibatkan
aspek ekonomi dan etika. Haruskah kita
teruskan memproduksi pangan yang murah dan berlimpah dengan zat
kimia sintetik dan masa bodoh terhadap masalah yang mungkin
muncul, atau haruskah kita melakukan
budidaya tanaman tanpa zat kimia sintetik berbahaya tetapi
dengan menerima kenyataan bahwa harga bahan pangan akan lebih mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Kasvaa. 2007. The growth enhancing effects of
triacontanol.htttp://www.carbonkick.fi. Diakses tanggal 19 februari 2011.
Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002. Biology. Sixth
Edition, Pearson Education. Inc. San Francisco.802-831.
George, L.W. 1995. Teknik Kultur In Vitro dalam
Holtikultura. Penebar Swadaya. Jakarta
Gunawan, L.W. 2002. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya.
Jakarta Peranan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.
http://www.iel.ipb.ac.id. Diakses tanggal 18 Februari 2011
Belum ada tanggapan untuk "ZAT PENGATUR TUMBUH"
Post a Comment