Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali
ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia
tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan
atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan
perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.
Dengan menganalogikan senyawa kimia yang terdapat
pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang dapat mempengaruhi
perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan
disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan memberikan definisi yang
lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang disekresi
oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain
dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia
pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut
disamping mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut
dengan zat pengatur tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut
secara sistemik atau sinyal jarak jauh.
1. Lima
tipe utama ZPT
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe
utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan etilen (Tabel
1). Tiap kelompok ZPT dapat menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima
kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan, namun hanya 4 dari 5 kelompok ZPT
tersebut yang mempengaruhi perkembangan tumbuhan yaitu dalam hal diferensiasi
sel.
Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT
dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu
mempengaruhi sel target. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat
kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat
pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian
besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel
tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi
pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini
menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau
mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies
tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan
konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa
ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
Auksin : Mempengaruhi pertambahan panjang batang,
pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi
apikal; fototropisme dan geotropisme.
Sitokinin : Mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar; mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum,
mendorong perkecambahan; dan menunda penuaan.
Giberelin : Mendorong perkembangan biji,
perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun; mendorong
pembungaan dan perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi
akar.
Asam absisat (ABA) : Menghambat pertumbuhan;
merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, memper-tahankan
dormansi.
Etilenn : Mendorong pematangan; memberikan pengaruh
yang berlawanan dengan beberapa pengaruh auksin; mendorong atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang dan bunga. Meristem apikal
tu-nas ujung, daun muda, embrio dalam biji.
2. Peranan ZPT
2.1. Auksin
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa
kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang
berkembang. Beberapa auksin dihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA
(indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole
acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin
sintetik, misalnya NAA (napthalene acetic acid), 2,4 D (2,4
dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) .
pengaruh IAA terhadap pertumbuhan batang dan akar
tanaman kacang kapri. Kecambah yang diberi perlakuan IAA menunjukkan
pertambahan tinggi yang lebih besar (kanan) dari tanaman kontrol (kurva hitam).
Tempat sintesis utama auksin pada tanaman yaitu di daerah meristem apikal tunas
ujung. IAA yang diproduksi di tunas ujung tersebut diangkut ke bagian bawah dan
berfungsi mendorong pemanjangan sel batang. IAA mendorong pemanjangan sel
batang hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas konsentrasi
tersebut IAA akan menghambat pemanjangan sel batang. Pengaruh menghambat ini
kemungkinan terjadi karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan tanaman mensintesis
ZPT lain yaitu etilen yang memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA. Berbeda
dengan pertumbuhan batang, pada akar (kurva merah), konsentrasi IAA yang rendah
(<10-5 g/l) memacu pemanjangan sel-sel akar, sedangkan konsentrasi IAA yang
tinggi menghambat pemanjangan sel akar. dapat disimpulkan :
1. Pemberian ZPT yang sama tetapi dengan
konsentrasi yang berbeda menimbulkan pengaruh yang berbeda pada satu sel
target.
2. Pemberian ZPT dengan konsentrasi tertentu dapat
memberikan pengaruh yang berbeda pada sel-sel target yang berbeda.
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi
pemanjangan sel-sel tanaman di atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai
berikut : auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran /pelenturan dinding sel. Seperti terlihat pada Gambar 3, auksin
memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa
ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali
material dinding sel dan sitoplasma.
Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan
pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan
giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel
pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Selain
itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman antara lain : untuk
menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji; dipakai pada
pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di
perkebunan jagung ; dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari stek
mawar dan bunga potong lainnya.
2.2.
Sitokinin
Sitokinin merupakan ZPT yang mendorong pembelahan
(sitokinesis). Beberapa macam sitokinin merupakan sitokinin alami (misal :
kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin
alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan
buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju
sel-sel target pada batang.
Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa
sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur
sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara
mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel
tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein,
kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem atau bagian
lain dari tanaman yang membutuhkannya. Daun kacang jogo (Phaseolus vulgaris) yang ditaruh dalam wadah berair dapat ditunda
penuaannya beberapa hari apabila disemprot dengan sitokinin Sitokinin juga
dapat menghambat penuaan bunga dan buah. Penyemprotan sitokinin pada bunga
potong dilakukan agar bunga tersebut tetap segar.
Pada tumbuhan, efek sitokinin sering dipengaruhi
oleh keberadaan auksin. menunjukkan percobaan sederhana tentang interaksi
pengaruh auksin dan sitokinin. Kedua tanaman
ini memiliki umur yang sama. Tanaman di sebelah kiri memiliki tunas
ujung (tunas terminal); sedangkan tanaman di sebelah kanan kuncup terminalnya
sudah dipotong. Pada tanaman di sebelah kiri, auksin yang diangkut dari kuncup
terminal ke batang memacu pertumbuhan memanjang batang sehingga tanaman menjadi
bertambah tinggi. Pada tanaman ini auksin menghambat pertumbuhan tunas samping
(tunas lateral/aksilar). Pada tanaman di sebelah kanan karena tidak memiliki
kuncup terminal, pengaruh menghambat dari auksin terhadap pertumbuhan tunas
aksilar tidak terjadi. Sitokinin yang ditransportasikan dari akar ke batang
mampu mengaktifkan pertumbuhan tunas-tunas samping sehingga tanaman memiliki
cabang yang banyak dan menjadi rimbun. Pengetahuan tentang penggunaan sitokinin
ini dimanfaatkan oleh petani yang memproduksi pohon natal untuk menghasilkan
cabang-cabang yang menarik pada pohon tersebut.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan
yang kompleks yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya.
Pola pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin
dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke
tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke
bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral
yang letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan
tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar
yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar)
biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat
dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap
auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin
juga merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar
dan tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam
jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem
tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini
umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
2.3. Giberelin
menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang
tumbuh. Kelompok di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal;
sedangkan tanaman di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman
yang lebih besar tetapi memiliki daun yang berwarna kuning. Tanaman padi ini
telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit padi yang telah
terinfeksi akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga.
Selama berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan
yang ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang
ini disebut juga dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease” atau
“penyakit rebah anakan/kecambah“ .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa)
menemukan bahwa cendawan Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang
menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin.
Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan secara alami
oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini akan
muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi
yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110
macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali
dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh
dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan
tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan
adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi
bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping
terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak
pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem,
tidak seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses
respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk
meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh
yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian
auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil
tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian
halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman
kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik
kerdil akan tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan
batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan
seperti halnya auksin. Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu
pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin
menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya adalah
mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya meningkatkan kerja
auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara
pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan
mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan
terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin
digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada varietas
Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan
jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan
biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus
untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di
dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis
dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
2.4. Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu
dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat
itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat pembelahan sel pada jaringan
meristem apikal dan pada kambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan primer
maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik yang
akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.
Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan
absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah popular
walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam
gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang
menguntungkan untuk menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji
sangat penting terutama bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah
semiarid, karena proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan
mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi
dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai
penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam
tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman
dune primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza
– Borrego (California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin
juga berperan dalam perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA
terhadap giberelin menentukan apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah.
Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang pertumbuhannya
dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada
pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada
kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi
pada kuncup yang sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada
penghambatan pertumbuhan tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga
sebagai “ stress plant growth hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi
kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi,
ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun
mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari kehilangan air
lebih banyak melalui proses transpirasi.
2.5. Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di
dalam gudang yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Semula petani buah
mengira bahwa hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi dugaan tersebut
tidak terbukti ketika mereka mencoba metode baru menggunakan kompor yang
dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan buah-buah yang
tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa pematangan buah yang
disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen
yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan
secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang berperan memacu
penuaan termasuk pematangan buah.
2.5.1. Pematangan Buah
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses
penuaan melibatkan konversi pati atau asam-asam organik menjadi gula, pelunakan
dinding-dinding sel, atau perusakan membran sel yang berakibat pada hilangnya
cairan sel sehingga jaringan mengering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah
distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah.
Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya,
sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah
dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan di
dalam kantung plastik yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya
tomat sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian
dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen (Gambar 11). Pada kasus lain, petani
menghambat proses pematangan akibat gas etilen alami. Penyimpanan buah apel
yang dialiri dengan gas CO2 yang selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga
mencegah akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah apel yang di panen pada musim
gugur dapat disimpan untuk dijual pada musim panas berikutnya.
2.5.2. Pengguguran Daun
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun
pada setiap musim gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan warna,
kemudian daun mengering dan gugur adalah juga merupakan proses penuaan. Warna
pada daun yang akan gugur merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk
pada musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk tersebut tertutup
oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya pada musim gugur karena daun-daun
tersebut berhenti mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih
banyak diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok
dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya
terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang
merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil
dengan dinding sel yang tipis dan lemah.
Setelah daun rontok, daerah absisi membentuk
parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu
melindungi tumbuhan terhadap patogen.
Gugurnya daun dipacu juga oleh faktor lingkungan,
termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah.
Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara
etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses
metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang
dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan
etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen merangsang
lapiasan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak
dinding-dinding sel pada lapisan absisi. Gugur daun pada musim gugur merupakan
adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim
salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air pada tanah yang
membeku.
3. Aplikasi ZPT pada bidang pertanian
Seperti yang telah dibahas dimuka, ZPT sintetik
sangat banyak digunakan pada pertanian modern. Tanpa ZPT sintetik untuk
mengendalikan gulma, atau untuk mengendalikan pertumbuhan dan pengawetan
buah-buahan, maka produksi bahan makanan akan berkurang sehingga harganya akan
menjadi mahal. Disamping itu, muncul keprihatinan bahwa penggunaan senyawa
sintetik secara berlebihan pada produksi pangan akan menimbulkan masalah
lingkungan dan kesehatan serius. Sebagai conto dioksin, senyawa kimia sampingan
dari sintesa 2, 4-D yang digunakan sebagai herbisida selektif untuk membasmi
gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil. Walaupun 2, 4-D tidak beracun
terhadap mamalia, namun dioksin dapat menyebabkan cacat lahir, penyakit hati,
dan leukimia pada hewan percobaan.
Sekarang ini, bagaimanapun juga, produksi bahan
pangan secara organik menjadi relatif lebih mahal. Persoalan penggunaan senyawa
kimia sintetik pada bidang pertanian melibatkan aspek ekonomi dan etika.
Haruskah kita teruskan memproduksi pangan yang murah dan berlimpah dengan zat
kimia sintetik dan masa bodoh terhadap masalah yang mungkin muncul, atau
haruskah kita melakukan budidaya tanaman tanpa zat kimia sintetik berbahaya
tetapi dengan menerima kenyataan bahwa harga bahan pangan akan lebih mahal?
Belum ada tanggapan untuk "PERANAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) DALAM PERTUMBUHAN DANPERKEMBANGAN TUMBUHAN "
Post a Comment