Pahit Kendalikan Manis
Kadar gula darah melambung memaksa Parjono berhenti bekerja. Konsumsi
air rebusan daun kipait setiap sore membantu mengembalikan
kesehatannya.Hasil pemeriksaan darah pada 2002 itu menjawab berbagai keluhan
Parjono: kadar gula darah mencapai 350 mg/dl. Menurut dr Reno Gustaviani
Rustam SpPD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jakarta, orang dengan kadar gula darah berkisar
140-199 mg/dl dikatakan sudah berada pada kondisi toleransi glukosa
terganggu (TGT) alias tahapan menuju diabetes mellitus (DM). Seseorang
menderita diabetes jika kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau
kadar gula darah sewaktu-waktu diperiksa lebih dari 200 mg/dl.
Dokter pemeriksa di Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, pun mendiagnosis ayah 2 anak itu menderita diabetes
mellitus. Warga Desa Wiladeg, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu memang sering kali mengeluh
sakit kepala, lesu, mudah lapar, penglihatan kabur, dan nyeri sendi.
Semula semua gejala yang dirasakan sejak 1993 itu ia abaikan. “Keluhan
seperti itu dapat dialami siapa saja yang terlalu lelah bekerja,” ujar
mantan pengemudi mobil operasional Lembaga Pengabdian Masyarakat di
sebuah universitas swasta di Yogyakarta itu.
Namun, pada awal 2002, kondisinya kian memburuk. Parjono mengalami
gejala khas yang dialami penderita diabetes alias diabetesi seperti
poliuria alias kerap berkemih. Dalam semalam ia bisa bolak-balik 5-7
kali ke peturasan. “Siang juga sama. Jalan kaki dari rumah ke balai desa
yang berjarak 1,5 km saja saya bisa berkemih 2-3 kali,” ungkapnya. Buat
Parjono yang setiap hari berada di belakang kemudi, terus-menerus
berkemih itu merepotkan. Apalagi ia mengemudi untuk jarak jauh seperti
ke Yogyakarta-Purworejo, Yogyakarta-Semarang, dan Yogyakarta-Surabaya.
Perjalanan Yogyakarta-Surabaya misalnya menghabiskan waktu hingga 6-7
jam.
Terus naik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penderita diabetes mellitus (DM)
di seluruh dunia pada 2002 mencapai 170-juta jiwa. Pada 2030 jumlah
penderita diprediksi melambung hingga 366-juta jiwa. Sementara Data
Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan pada 2005-2006, DM adalah
penyakit tidak menular penyebab nomor ke-9 kematian di rumahsakit
seluruh Indonesia. Pada 2007, peringkat itu naik menjadi peringkat ke-6
dengan jumlah kematian 5,7%. Dari tahun ke tahun penderita DM terus
bertambah.
Menurut dr Nyoman Kertia SpPD-KR, ahli penyakit dalam dari Fakultas
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tingginya kadar gula
darah dalam tubuh karena kurangnya hormon insulin. Kekurangan hormon
pengatur penyerapan gula darah ke jaringan tubuh itu disebabkan dua hal.
Pertama rusaknya pankreas sehingga organ itu gagal memproduksi insulin.
Ketidakhadiran insulin menyebabkan gula darah sulit masuk ke jaringan
tubuh. Gula darah dibutuhkan sebagai energi bagi sel untuk beraktivitas.
Glukosa yang tidak terserap tubuh akan menumpuk dalam darah. “Pada
kondisi seperti itu seseorang divonis menderita DM tipe 1. Penderitanya
dapat dideteksi sejak usia dini,” tutur Nyoman Kertia. Penderita DM 1
bergantung pada suntikan insulin karena pankreas gagal memproduksi
insulin. Kebutuhan akan hormon itu dipenuhi dari luar.
Kurangnya hormon insulin juga dapat disebabkan oleh sel darah yang
kurang peka menyerap insulin dari pankreas. Penyebab gangguan itu ialah
pola hidup tidak sehat seperti banyak mengonsumsi makanan atau minuman
yang mengandung gula dan karbohidrat tinggi, kegemukan, faktor usia, dan
kurang olah raga. Asupan glukosa yang tidak diimbangi dengan aktivitas
yang menguras energi menyebabkan glukosa menumpuk dalam darah. “Itu
membuat sel darah kurang peka dalam menyerap insulin,” tutur Nyoman
Kertia. Sebanyak 90% penderita DM bertipe 2 (akibat pola hidup). Mereka
menanggulangi kadar gula darah melambung dengan menerapkan pola hidup
sehat, diet rendah gula, olahraga, dan meminum obat-obatan seperti
metformin dan glibenklamid.
Parjono menderita DM tipe 2. Kegemarannya mengonsumsi teh manis dan
minuman ringan yang mengandung pemanis buatan sejak usia 30 tahun
menjadi pemicu utama. “Dalam sehari saya bisa menghabiskan 4-5 botol
minuman berenergi,” ujar pria 64 tahun itu. Padahal ia termasuk orang
dengan risiko tinggi mengidap penyakit kencing manis. Salah seorang
kakak kandung Parjono juga menderita diabetes. “Seseorang yang memiliki
riwayat keluarga diabetes berpeluang lebih besar 75% menderita penyakit
sama dibanding seseorang tanpa riwayat keluarga diabetes,” ungkap dr
Nyoman Kertia SpPD-KR.
Dokter spesialis penyakit dalam di rumahsakit Maguan Husada,
Wonogiri, dr Sutarso SpPD menambahkan pemanis buatan dari gula sederhana
langsung diserap tubuh tanpa melalui proses pemecahan. “Konsumsi gula
sederhana yang tanpa disertai gerak tubuh aktif membuat kadar gula di
dalam darah meningkat,” tuturnya. Gejala penderita diabetes ditandai
dengan banyak minum (polidipsi), banyak berkemih (poliuri), dan banyak
makan (polifagi). Pada penderita diabetes kadar gula darah yang tinggi
dikeluarkan lewat urine sehingga jumlah urine yang dikeluarkan lebih
banyak. Akibatnya penderita mengalami dehidrasi. Gula yang tidak masuk
dalam jaringan menyebabkan jaringan kekurangan energi sehingga penderita
mudah lapar.
Dokter Sutarso SpPD menuturkan membiarkan kadar gula darah tak
terkendali dalam jangka panjang menyebabkan komplikasi dalam tubuh.
Misal komplikasi makro seperti gangguan pembuluh darah yang menyebabkan
gangguan jantung, otak, dan sumbatan pembuluh darah di kaki. Sementara
komplikasi mikro seperti gangguan penglihatan, ginjal, dan syaraf.
“Darah yang mengandung kadar gula tinggi juga media empuk bagi kuman
berkembang biak sehingga bila luka pasien diabetes cenderung sukar
sembuh,” tuturnya.
Kipait
Dokter yang menangani Parjono memberikan obat penurun gula darah
glibenklamid. Lima tahun lamanya Parjono menyandarkan kesembuhan pada
glibenklamid. Namun, kondisi kesehatannya naik-turun. “Malahan suatu
ketika tubuh saya terasa lemas selepas mengonsumsi obat itu,” katanya.
Menurut dr Sutarso SpPD penggunaan glibenklamid memang memiliki efek
menurunkan gula darah lebih cepat. Konsumsi obat itu mesti di bawah
pengawasan dokter. Diabetesi berusia lanjut kurang tepat bila diberikan
glibenklamid sebab penderita dapat mengalami hipoglikemia (kadar gula
darah di bawah normal). Hipoglikemia yang kerap berulang dapat
menyebabkan gangguan otak dan jantung. “Efek samping glibenklamid
berbeda pada setiap pasien. Oleh karena itu jika terdapat keluhan selama
mengonsumsi obat segera konsultasikan ke dokter,” ujar Sutarso.
Pada awal 2007, seorang rekan menyarankan Parjono untuk mengonsumsi
rebusan daun kipait Tithonia diversifolia. Selama sakit ia sempat
mengonsumsi ramuan herbal dari salah seorang pengobat tradisional di
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Memang ramuan itu bisa
menurunkan gula darah, tetapi bahan ramuan sulit didapat. “Jadi saya
jarang mengonsumsinya,” tuturnya. Saat gula darah melambung, lagi-lagi
pilihannya jatuh pada obat kimia.
Kali ini ia tertarik untuk mencoba kipait lantaran tanaman kerabat
krisan itu tumbuh di halaman rumah sang kakak. Parjono mengambil tiga
lembar daun berukuran sedang, mencuci bersih lalu merebus dalam dua
gelas air hingga tersisa satu gelas. Air rebusan itu diminum setiap
sore. Dua hari pascakonsumsi, Parjono biasanya mulai merasakan perbaikan
kondisi tubuh. Rasa sakit di betis setiap kali kadar gula darah naik
karena ia terlalu banyak mengonsumsi makanan manis misalnya segera
hilang. Tubuh pun terasa lebih segar, tidak lemas.
Hasil pemeriksaan darah terakhir pada Agustus 2012, kadar gula darah
Parjono 210 mg/dl. Ia terus mengonsumsi air rebusan kipait tanpa jeda
setiap sore. Obat kimia yang diresepkan dokter tidak pernah ia sentuh
lagi. Ia pun tak lagi risau lagi menikmati sepiring nasi atau menyeruput
minuman manis. Ada air rebusan daun matahari meksiko menjadi
penyeimbangnya.
Bukti ilmiah
Penelitian Guijun Zhao dan rekan dari School of Pharmacy, Second
Military Medical University, China, mengungkap khasiat tithonia.
Pemberian 10 mg/ml tiga jenis senyawa
seskuiterpen,1β-hydroxydiversifolin-3-O-metil eter dan
1β-hydroxytirotundin-3-O-metil eter, yang diisolasi dari bagian
aerial-semua bagian tanaman kecuali akar-Tithonia diversifolia terbukti
mampu menurunkan kadar gula secara signifikan.
Riset lain oleh Toshihiro Miura dan rekan dari Departmenet of
Clinical Nutrition, Suzuka University of Medical Science, Jepang,
melaporkan hasil serupa. Mereka menguji ekstrak etanol
nitobegiku-sebutan Tithonia diversifolia di Jepang-menggunakan pelarut
etanol 80% pada tikus yang menderita DM 2. Bobot badan tikus 20-25 gram
dengan kadar gula darah di atas 250 mg/dl.
Konsentrasi larutan esktrak etanol kipait yang digunakan
masing-masing 100 mg/kg, 500 mg/kg, dan 1.500 mg/kg berat badan.
Toshihiro juga menggunakan tikus kontrol yang hanya diberi perlakuan air
destilasi 20 ml/kg berat badan sebagai pembanding.
Hasil uji menunjukkan kadar gula darah tikus yang diberi asupan
ekstrak etanol kipait mengalami penurunan kadar gula secara signifikan.
Semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan kadar gula darah
semakin turun. Pada konsentrasi ekstrak etanol kipait 1.500 mg/kg mampu
menurunkan kadar gula darah tikus yang semula 509±22 mg/dl menjadi
340±14 mg/dl 7 jam pasca perlakuan. Sedangkan pada tikus yang hanya
diberi perlakuan air destilasi kadar gula darahnya tetap.
Selain daun, biji bunga kipait juga andal mengatasi diabetes.
Penelitian Inya Agha dalam buku Phytopharmacology and theurapetic values
III 2008 page 295-301 mengungkap ekstrak methanol biji bunga kipait
mengandung sebanyak 21,4% glikosida, tanin, karbohidrat, flavonoid,
terpenoid, steroid, saponin, dan gula-gula pereduksi. Hasil uji Inya
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi larutan, kadar gula darah semakin
cepat turun. Nilai LD50 (Lethal Dose 50) sebesar 5.477,23 mg/kg berat
badan. LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi
yang diuji.
Tidak populer
Menurut informasi yang dihimpun dari buku PROSEA Plant Resource of
South East Asian kipait berasal dari daratan Meksiko dan Amerika Tengah.
Tanaman keluarga Asteraceae itu tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.500 m
di atas permukaan laut (m dpl). Kipait dikenal dengan nama matahari
meksiko karena bentuk bunganya menyerupai bunga matahari Helianthus
annuus; tapi berukuran lebih kecil.
Masyarakat memanfaatkan kipait sebagai tanaman pagar dan memanfaatkan
daunnya untuk kompos. Di areal perkebunan teh, kipait berjasa menjaga
erosi tanah dan memecah angin sehingga tanaman teh terlindungi.
Masyarakat Jawa menyebutnya kembang mbulan. Mereka memanfaatkan bunga
kembang mbulan untuk mengobati luka atau memar. Di tanah Sunda kipait
lebih dikenal dengan nama srengenge leutik.
Di kalangan herbalis, kipait jarang digunakan dalam ramuan herbal
sebab ketersediaannya terbatas. Kipait lebih dikenal sebagai tanaman
liar, hampir tidak ada masyarakat yang sengaja membudidayakannya. Untuk
mengatasi masalah gangguan gula darah, herbalis di Yogyakarta, Lina
Mardiana, lebih sering menyarankan konsumsi air rebusan dandang gendis
Clinacanthus nutans. Menurut Lina kipait baik digunakan untuk
membersihkan racun dalam darah seperti endapan gula penyebab diabetes,
endapan lemak penyebab kolesterol, jerawat, dan bisul.
Marigold itu justru begitu dikenal sebagai herbal mengatasi beragam
penyakit di Taiwan dan Nigeria. Di Taiwan, masyarakat memanfaatkan
kipait sebagai herbal antidiabetes dan antivirus. Sedangkan di Kenya
kipait dipakai untuk mengatasi gangguan pencernaan.
Sementara di Nigeria, penduduk setempat memanfaatkan tanaman anggota
keluarga Asteraceae itu untuk obat malaria, liver, dan radang
tenggorokan. Penelitian TO Elufioye dan JM Agbedahunsi dari Drug
Research and Production Unit, Faculty of Pharmacy, Obafemi Awolowo
University, Nigeria, membuktikan pemberian 200 mg/kg ekstrak etanol
bagian aerial kipait mampu menekan perkembangan parasit akibat infeksi
malaria pada tikus albino.
Sementara Lien Chai Chiang dan rekan dari Department of Microbiology,
College of Medicine, College of Pharmacy, Kaohsiung Medical University,
Taiwan mengungkap ekstrak air kipait mampu menekan perkembangan Herpes
Simplex Virus HSV-1 dan HSV-2 dengan nilai IC50 100 mg/ml. IC50 adalah
kadar konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan virus sebesar 50%.
Semakin rendah konsentrasi suatu zat semakin tinggi daya bunuhnya pada
virus. Parjono di Yogyakarta merasakan khasiatnya untuk mengatur gula
darah. (Andari Titisari/Peliput: Bondan Setiawan)
Keterangan Foto :
- Air rebusan daun kipait andal kendalikan gula darah
- Kipait kerap menjadi tanaman pagar di perkebunan teh
- Bunga matahari meksiko Tithonia diversifolia memiliki bentuk dan warna mirip bunga matahari Helianthus annuus
- “Tingginya kadar gula darah di dalam tubuh karena kurangnya hormon
insulin yang disebabkan oleh dua hal. Pertama kerusakan pankreas, kedua
sel darah kurang peka menyerap insulin dari pankreas,” tutur dr Nyoman
Kertia SpPD-KR
- “Kipait jarang digunakan untuk herbal,” tutur Lina Mardiana
- Parjono mengendalikan kadar gula darah dengan mengonsumsi air rebusan daun kipait
- Konsumsi makanan mengandung kadar gula tinggi tanpa diimbangi olahraga memicu diabetes
Belum ada tanggapan untuk "Pahit Kendalikan Manis "
Post a Comment