Syahril Sidik, pekebun mangga di Cirebon, Jawa Barat, ibarat
Panoramix, dukun sakti Ghalia dalam cerita komix Asterix dan Obelix.
Berkat ramuan ajaib sang dukun, kakek tua renta Agecanonix menjelma
sakti dan mampu menggebuk tentara Romawi. Ramuan Syahril, ampuh
mendongkrak produksi mangga 70 tahun dari 15 kg/pohon/tahun menjadi 250 -
400 kg/pohon per tahun.
Saat membeli kebun mangga gedong gincu seluas 6 ha di Cirebon pada
2009, Syahril Sidik sudah berancang-ancang: dari setiap pohon ia bakal
menuai minimal 100 kg mangga/tahun.
Perkiraan itu karena pohon mangga sudah berumur 70 tahun. Rata-rata
tinggi pohon 11 - 12 m dengan lebar tajuk 8 - 9 m. “Umur produksi
optimal mangga 20 - 40 tahun. Jumlah produksi mencapai 200 - 500
kg/tahun,” tutur Hikmat Sumantri SP, ahli mangga di Majalengka, Jawa
Barat. Setelah itu produksi turun hingga 100 kg.
Namun, prediksi itu ternyata meleset. Syahril hanya memanen 15 kg
gedong gincu/pohon/tahun. Jauh panggang dari api dibanding prediksi
awal. Hikmat menduga penyebab produksi anjlok rupanya akibat perawatan
yang kurang intensif seperti pemupukan dan pemangkasan. Padahal, itu
mutlak dilakukan agar produksi stabil.
Cara itu pula yang kemudian dilakoni Syahril. Ia melakukan sanitasi
kebun dengan membabat rumput dan gulma agar tidak menjadi sarang
penyakit. Cabang tanaman dipangkas agar penerimaan sinar matahari ke
seluruh tajuk merata sehingga proses fotosintesis optimal. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, pria kelahiran Aceh itu menaburkan 200 kg
pupuk kompos untuk setiap pohon.
Lengkap
Setelah itu Syahril meramu pupuk cair yang terdiri dari campuran
kepala dan jeroan ikan tongkol, keong mas, daun talas, dan mangga busuk.
Menurut Prof Dr Dedik Budianta dari Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Sriwijaya, Palembang, kepala dan jeroan ikan tongkol kaya
protein. Sementara daun talas, menurut Syahril, sumber nitrogen. Keong
mas banyak mengandung asam omega dan protein sehingga dapat digunakan
sebagai perangsang bunga. Kandungan glukosa mangga dimanfaatkan sebagai
pakan bagi mikroorganisme pengurai.
Selanjutnya seluruh ramuan difermentasi selama 3 - 6 bulan. Setelah
itu dipisahkan dari ampas dengan cara disaring. “Ampas dapat digunakan
sebagai tambahan pupuk organik,” kata Syahril. Hasil pemeriksaan
laboratorium, pupuk organik cair kreasi Syahril itu kaya asam amino,
hormon, dan unsur hara makro serta mikro. Menurut Ir Wijaya MS, pakar
buah di Bogor, Jawa Barat, dalam larutan kaya asam amino biasanya
mengandung triptopan, bahan dasar pembentuk zat pengatur tumbuh golongan
auksin. Salah satu fungsi auksin merangsang pembentukan bunga bila
kondisi memungkinkan.
Larutan itu dicampur air dengan perbandingan 1:5. Larutan lalu
disiramkan ke sekeliling perakaran, 3 m dari pangkal pohon. Dosisnya 2
liter/pohon. Larutan diberikan setiap 2 - 3 bulan atau sekitar 4 - 5
kali per tahun. Syahril juga memberi tambahan 5 kg NPK/pohon/tahun. Saat
berbuah, Syahril menyemprotkan fungisida setiap 6 hari untuk mencegah
serangan cendawan di musim hujan.
Berkat kombinasi perlakuan pemupukan dan pemangkasan itu, Syahril
sukses mendongkrak produksi gedong gincu dari 15 kg per pohon menjadi
250 - 400 kg/pohon. Pendapatan Syahril pun berlipat. Bila harga gedong
gincu Rp22.000 per kg, kantong Syahril bertambah dari Rp330.000 menjadi
minimal Rp5,5-juta per pohon.
Menurut Sobir PhD, kepala Puat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, para
pekebun semestinya mengikuti jejak Syahril bila ingin melipatgandakan
hasil panen. Toh, biaya pupuk seperti yang diramu Syahril murah meriah.
Ia hanya merogoh kocek Rp100.000/pohon/tahun.
Intensif
Perawatan intensif juga membuat tanaman mampu berproduksi tinggi di
tengah gempuran perubahan iklim yang tidak menentu. Contohnya dialami
Haerudin, pekebun mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Di saat
tanaman pekebun lain mogok berbuah akibat perubahan iklim, pada Juli -
Oktober 2010 Haerudin masih mampu memanen 80 ton gedong dari 25 ha
dengan populasi 2.500 pohon berumur 8 - 9 tahun.
Haerudin melakukan perawatan intensif sejak awal tanam. Sebelum ditanami, kontur lahan ditata dengan kemiringan 100.
Di sekeliling kebun dibuat parit. Tujuannya agar air hujan segera
mengalir sehingga tidak menggenang yang memicu kelembapan. Kelembapan
yang terlalu tinggi dapat mengundang kehadiran cendawan.
Jarak tanam pun dibuat renggang: 10 m x 10 m. “Dengan begitu sinar
matahari diterima merata seluruh tajuk tanaman,” tutur Haerudin.
Haerudin juga rajin memangkas cabang agar siklus udara lancar dan sinar
matahari dapat dimanfaatkan secara optimal untuk proses fotosintesis.
Untuk setiap cabang, ketua Asosiasi Petani Gedong Gincu Kabupaten
Cirebon itu hanya mempertahankan 3 anak cabang, begitu seterusnya.
Sebagai sumber nutrisi, Haerudin hanya mengandalkan pupuk standar
seperti pupuk kandang dengan dosis 50 - 100 kg/pohon dan 4 kg pupuk NPK.
Pemupukan dilakukan setiap habis panen. Untuk mencegah kehadiran
cendawan saat curah hujan tinggi, Khaerudin memanfaatkan fungisida
nabati. Caranya, cacah 1 kg lengkuas, 1 kg sirih, dan 1 kg daun sirsak
dalam 5 liter air. Diamkan selama 2 minggu. Setelah itu saring dan
larutan pun siap digunakan. Cara pakainya, 1 gelas larutan (200 ml)
dicampur dengan 17 liter air, lalu disemprotkan ke seluruh tajuk.
Pemakaiannya selang-seling dengan fungisida kimia setiap 5 hari jika
cuaca hujan.
Berkat perawatan intensif itu, Haerudin tetap mampu memanen gedong
berkualitas ekspor. Menurut Ahmad Abdul Hadi, eksportir mangga di
Cirebon, 80 - 90% hasil produksi kebun Haerudin layak ekspor. “Itu
menjadi bukti bila mangga dirawat secara intensif, produksi dan kualitas
buah tetap optimal,” tutur Hadi. Walhasil di saat produksi pekebun lain
buntung, pekebun intensif masih tetap menangguk untung. (Faiz Yajri)
Ramuan Syahril
- 2 kuintal mangga busuk
- 50 kg cacahan daun talas
- 200 kg kepala tongkol
- 100 kg jeroan ikan
- 50 kg keong mas
- Semua bahan dicampur dan taruh di tempat tertutup rapat dan terhindar dari kontak sinar matahari
- Aduk seminggu 3 kali dan fermentasi selama 3 - 6 bulan
- Saring ampas dan larutan siap digunakan.
|
Cara Pangkas ala Haerudin
- Pangkas bentuk pertama saat tanaman muda setinggi 80 - 100 cm.
- Pelihara 3 cabang primer membentuk sudut seimbang 1200 dengan cabang lain. Pangkas cabang lain yang tidak dikehendaki 1 cm dari pangkal cabang.
- Dari cabang primer itu kemudian dipelihara 3 cabang sekunder hingga
terbentuk susunan percabangan yang kompak dan membentuk struktur
kanopi setengah bulat merata.
- Jarak pemangkasan dilakukan jika cabang yang dipelihara mencapai 1 m atau 3 - 6 bulan setelah pemangkasan.
Belum ada tanggapan untuk "Dongkrak Produksi Mangga 20 Kali Lipat "
Post a Comment