Treasure from the ground. Begitulah julukan singkong oleh
warga Thailand. Sebab, dari daun hingga umbi seluruhnya dapat
dimanfaatkan, tidak ada yang terbuang.
Pada 1970-an, para ibu rumah tangga kerap menganji kain berbahan
kapas, abaka, dan linen sebelum disetrika agar rapi dan menjadi lembut.
Kanji dibuat dengan cara mengencerkan sejumlah tapioka alias tepung
singkong dengan air hangat. Kanji dioleskan ke seluruh permukaan kain.
Setelah kering baru kain disetrika hingga rapi.
Teknologi dari dapur para ibu itulah yang kini banyak dipakai
industri tekstil modern. Menurut peneliti di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Tekstil, di Bandung, Jawa Barat, Zubaidi Kaelani,
dalam industri tekstil modern, penganjian dilakukan sejak kain
diproduksi, terutama untuk benang lusi - benang yang memanjang ke arah
panjang kain. “Dalam pembuatan kain, benang itu banyak mengalami
ketegangan dan gesekan,” kata Zubaidi. Oleh karena itu benang mesti
dikanji agar lebih lentur dan permukaan benang terlindungi sehingga
tidak mudah putus akibat gesekan. Dengan cara itu kain yang dihasilkan
menjadi halus, lembut, kuat, dan mengilap. Saat disetrika pun kain mudah
rapi.
Modifikasi
Hasil itu diperoleh karena industri tekstil modern menggunakan pati
singkong modifikasi sebagai bahan kanji. Pati singkong diolah dengan
menambahkan enzim alfa amilase. Tujuannya untuk memotong sebagian rantai
cabang amilopektin sehingga dapat memperbaiki mutu gel tapioka. Gel
yang terbuat dari tapioka murni masih terlalu kental sehingga hanya
melindungi permukaan benang. Akibatnya benang masih terlalu kaku.
Setelah dimodifikasi, gel yang dihasilkan lebih encer sehingga mampu
meresap sampai serat kain dan lebih elastis melindungi kain.
Di Thailand, pati modifikasi untuk industri tekstil sudah diproduksi
secara khusus. Salah satu produsennya adalah Asia Fructose Co Ltd di
Bangkok. “Jadi perusahaan tekstil tinggal menggunakannya,” kata managing
director Asia Fructose, Siriwan Subsongsaeng, saat ditemui pada ajang
World Tapioca Confrence 2011 di Bangkok, akhir Juni 2011.
Selain untuk industri tekstil, perusahaan yang berdiri sejak 1996 itu
juga memproduksi aneka jenis tepung modifikasi untuk berbagai
keperluan. “Paling banyak untuk makanan. Tapi itu pun jenisnya
berbeda-beda, tergantung fungsinya,” kata Siriwan. Contohnya tepung
modifikasi untuk pengganti terigu. Di tanahair tepung itu dikenal dengan
sebutan mocaf alias modified cassava flour. Ada juga tepung yang
berfungsi sebagai pengental makanan kalengan siap makan.
Di Thailand tak hanya umbi yang dimanfaatkan. AP Agro Co Ltd di
Suphanburi, Thailand, mengolah daun singkong menjadi cacahan halus
sebagai bahan tambahan untuk membuat konsentrat pakan sapi. Daun
singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan karena mengandung protein yang
cukup tinggi yakni mencapai 12 - 22%. Perusahaan itu juga mengolah
limbah pangkal batang singkong menjadi cuka kayu untuk meningkatkan
kualitas tanah dan memacu pertumbuhan mikroba menguntungkan dalam tanah.
Sementara batang diolah menjadi arang sebagai bahan bakar untuk
industri rumahan. Dengan berbagai manfaat itu, pantas bila Thailand
menyebut singkong sebagai harta karun dari dalam tanah. (Imam Wiguna)
No comments:
Post a Comment