Dari sela-sela pohon jabon H Walid Wahyudi meraup laba bersih Rp25-juta hanya dalam 70 hari.
Pekebun di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Walid Wahyudi memperoleh
rezeki nomplok dari penjualan kacang hijau. Ia memperoleh 3 ton kacang
hijau pada awal Januari 2011. Saat itu pasokan kacang hijau seret
sehingga pengepul membeli Rp13.000 per kg. "Harga itu tergolong tinggi,
sebelumnya tidak sampai Rp10.000 per kilo," kata Walid. Nah, kacang
hijau Phaseolus radiatus itu semula tumbuh subur di antara tegakan jabon
di lahan 4 ha.
Ia memang berniat memanfaatkan lahan di antara pohon jabon berumur 5
bulan. Walid menanam Anthocephalus cadamba berjarak tanam 4 m x 4 m pada
September 2010. “Tanah di bawahnya belum terteduhi karena waktu itu
tinggi pohon belum sampai satu meter,” kata Walid. Pekebun 37 tahun itu
menumpangsarikan jabon-kacang hijau untuk menekan pertumbuhan gulma.
Harap mafhum, biaya pencabutan gulma relatif mahal. Di Bondowoso biaya
satu hari kerja mencapai Rp25.000 per orang. Untuk membersihkan gulma di
lahan 4 ha, perlu 6 orang selama 5 hari. Walid mesti merogoh kocek
Rp750.000 setiap 3 bulan selama musim hujan.
Laba ganda
Walid akhirnya memilih kacang hijau karena, “Perawatan relatif mudah,
daun tanamannya pun sekaligus berfungsi sebagai penutup lahan.” Alumnus
jurusan Teknik Elektronika, Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi
Bandung, itu berencana memanfaatkan daun, batang, dan kulit polong
kacang hijau sebagai pakan ternak. Pertimbangan lain, kacang hijau mampu
mengikat unsur nitrogen dari udara berkat kerja sama dengan bakteri
Rhizobium sp yang menumpang di akarnya. Selain itu masa panen pun pendek
sehingga perputaran dana cepat.
Permulaan Oktober 2010, Walid menugal tanah lalu menanam kacang hijau
berjarak 20 cm x 20 cm. Untuk mengurangi biaya perawatan, ayah empat
anak itu sengaja memilih musim hujan saat menanam. Meski hujan membuat
tanaman tumbuh subur, banyak bunga tanaman anggota famili Fabaceae itu
rontok. Akibatnya, per ha ia hanya menuai 750 kg kacang hijau. “Mestinya
bisa 1,5 - 2 ton,” kata Walid.
Meski lahannya tergolong subur, Walid tetap memberikan pupuk susulan
untuk kacang hijau. Ia memberi pupuk nitrogen dan pupuk majemuk,
masing-masing 25 kg per ha pada hari ke-20 pascatanam. Saat itu tanaman
menjelang berbunga. Lima hari sebelum memupuk, ia menyiangi. Penyiangan
berikutnya pada hari ke-30 - 40 pascatanam. Ia memanfaatkan daun gulma
hasil penyiangan itu sebagai pakan ternak, sisanya dibenamkan kembali ke
tanah.
"Kemampuan fiksasi unsur nitrogen membuat keperluan pupuk untuk
kacang hijau berkurang hingga 50%," kata Dr Ir Moch Muchlis Adie MS,
kepala Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang,
Jawa Timur. Selain itu, tanaman yang tumbuh berdekatan juga dapat
memanfaatkan nitrogen hasil fiksasi yang tersimpan di tanah. Namun,
meski mampu bertahan di sisa akar, bakteri penambat nitrogen berfungsi
optimal jika menumpang di akar tanaman hidup.
Pernyataan Muchlis terbukti di lahan Walid. Meski cuma memberikan
pupuk dasar - 10 kg pupuk kandang per lubang tanam, 2 pekan sebelum
menanam - jabon tetap tumbuh normal. Saat ini pohon anggota famili
Rubiaceae itu hampir berumur setahun dengan tinggi rata-rata 1,5 m tanpa
pemupukan ulang. Padahal, "Mestinya jabon diberi pupuk tambahan 1 tahun
menjelang panen," kata Dr Ir Irdika Mansur MForSc, peneliti di Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sebelumnya, di tempat terpisah Walid sempat menanam 20.000 singkong
mentega sebagai tanaman sela. Ia menanam singkong berjarak 1 m x 1 m
saat jabon berumur 2 bulan. Selang setahun, ia mendulang laba
Rp30,6-juta dari panen 50 ton singkong. Namun, Walid mewanti-wanti,
"Perhatikan pemupukan agar jabon tidak kurus setelah menanam singkong."
Maklum, singkong kondang doyan nutrisi. Kelebihannya, relatif tahan hama
dan penyakit serta minim perawatan. Namun, masa tanam lama dan hasil
minim membuat Walid berhenti menanamnya.
Prioritas
Pekebun di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rohim Solihin juga
menumpangsarikan lengkuas dan kencur di bawah tegakan jabon seluas 5 ha.
Jarak tanam jabon 2,5 m x 3 m. Nun di Cirebon, Jawa Barat, ada Hasan
yang menumpangsarikan jagung dan cabai di lahan seluas 4.500 m2
berjarak tanam 3 m x 3 m. "Pupuk cabai sekaligus bisa diserap jabon,"
tutur Hasan. Di lahan lain seluas 3 ha, Hasan menumpangsarikan dengan
jagung dan mentimun mas. Mentimun mas juga berfungsi sebagai penutup
lahan untuk mencegah pertumbuhan gulma sekaligus menahan penguapan.
Ada pula yang menanam kembang kol di bawah tegakan jabon, yakni Ayi
Sumarna, pekebun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Ayi cuma
mengandalkan sisa pupuk dari kembang kol sebagai sumber nutrisi jabon.
"Selain itu kembang kol bisa untuk pendapatan sehari-hari sebelum panen
jabon," kata Ayi. Soal tumpangsari, Irdika Mansur mengatakan, pekebun
mesti menentukan prioritas sebelum menanam jabon. Jika jabon menjadi
prioritas, lakukan penanaman rapat pada jarak 3 m x 3 m atau bahkan 2 m x
2 m sehingga populasi lebih dari 2.000 pohon per ha.
Namun, jika memprioritaskan tanaman tumpangsari, perlebar jarak tanam
menjadi 4 m x 4 m atau lebih sehingga populasi jabon maksimal 1.000
pohon per ha. Periset tanaman kehutanan di SEAMEO-Biotrop, Bogor, itu
menekankan pentingnya pemilihan komoditas berdasarkan proporsi tutupan
lahan seiring pertambahan umur jabon. "Budidayakan tanaman hortikultura
(cabai, tomat, dan terung) atau kacang-kacangan saat jabon berumur 0 - 2
tahun," kata Irdika. Masa tanam pendek sehingga pekebun memperoleh
nilai tambah optimal. Tanaman itu juga tidak tahan naungan.
Ketika jabon berumur 2 - 4 tahun, saat tutupan lahan mulai terbentuk,
pekebun masih bisa menanam pisang maupun rimpang-rimpangan seperti
kunyit, kencur, jahe, atau lengkuas. Sebagai alternatif, Muchlis Adie
menyarankan kedelai yang masa rotasinya cepat dan tahan naungan sampai
60%. Selain masa tanam singkat, hanya 70 - 120 hari, kedelai -
tergolong kacang-kacangan yang bisa mengikat nitrogen - juga bisa
memotong jatah belanja pupuk sehingga pundi-pundi pekebun pun aman. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Faiz Yajri)
Belum ada tanggapan untuk "Bukan Melulu Panen Kayu (Kacang Hijau disela-sela Tanaman)"
Post a Comment