Potensi Pengembangan Sektor Pertanian Luar Biasa Besar

Jakarta: Lembaga kajian ekonomi, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai pemerintah hanya mengejar target pertumbuhan ekonomi tanpa bisa mendorong terciptanya lapangan pekerjaan yang bisa menyerap tenaga kerja.

Penilaian tersebut disampaikan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini. Menurutnya, selama ini sektor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia belum mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

"Yang dihitung hanya pertumbuhan ekonominya, kita memang perlu pertumbuhan ekonomi, namun yang terpenting itu menentukan sektor apa yang bisa menyerap kerja. Selama ini sektornya hanya di sekitar finansial, padahal itu kecil," ungkap Henrdri di Jakarta, Kamis (27/3/2014).

Menurut Hendri, pemerintah mestinya menetapkan sektor industri manufaktur dan pertanian sebagai program prioritas dalam upaya menekan angka pengangguran.

"Selama lima tahun terakhir, sektor-sektor itulah yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Maka, untuk mendapatkan hasil signifikan dalam menurunkan pengangguran, tentu sektor pertanian dan manufaktur yang harus didorong," paparnya.

Dia menyebutkan, sejauh ini upaya menurunkan angka pengangguran di sektor pertanian justru lebih besar bersifat pembukaan lapangan kerja informal. "Secara umum, pekerja informal memiliki tingkat kesejahteraan yang rentan apabila terjadi gejolak perekonomian di dalam negeri," kata Hendri.

Hendri mengatakan, perlunya memprioritaskan sektor pertanian karena sektor ini amat vital bagi penyediaan pangan untuk mendukung kedaulatan pangan negara. "Kalau dilihat dari kondisi alam dan geografi kita, potensi pengembangan sektor pertanian luar biasa besar," imbuhnya.

Hendri menyatakan, sudah seharusnya pemerintah memprioritaskan dan fokus pada sektor pertanian. "Di China dan Thailand pengembangan sektor pertaniannya bukan dengan menggunakan teknologi tinggi. Mereka menerapkan teknologi tepat guna, teknologi sederhana yang diimplementasikan dengan benar," ujarnya.

Selain itu, menurutnya pemerintah juga harus memiliki strategi yang komprehensif, apa saja yang bisa mendorong sektor pertanian ini. Seperti halnya lahan, kata dia, selama ini lahan yang ada sudah habis dibagi-bagi ke BUMN-BUMN yang nyatanya tidak dimanfaatkan dengan baik.

Hendri beranggapan, guna mendorong sektor pertanian pemerintah juga harus mendukung pascapanennya. "Subsidi yang diberikan banyak, tapi tidak tepat sasaran sehingga jadi masalah juga. Kalau petani sudah disubsidi tapi tidak dijamin siapa pembelinya, petani juga menjadi susah," katanya.

Sementara itu, lanjut Hendri, dalam menciptakan lapangan kerja dari sektor industri manufaktur yang bersifat lebih formal juga diharapkan mampu memberi nilai tambah terhadap barang hasil produksi. "Sehingga, hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan di sektor hulu dan hilir yang pada akhirnya bisa menyerap tenaga kerja yang besar," ujar Hendri.

Namun menurut Hendri sektor manufaktur Indonesia selama ini lebih banyak hanya menunggu relokasi dari negara lain. Padahal jika tidak hati-hati, pertumbuhan sektor manufaktur hanya menjadi pendorong impor.

"Karena kalau manufaktur tidak hati-hati pemilihannya dan hanya menunggu peralihan dari negara lain, hanya akan meningkatkan defisit perdagangan dan transaksi berjalan karena kita tidak punya supporting industri," sambung Hendri.