Sektor pertanian nampaknya masih menjadi
primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi
struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang pada sektor
industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional,
sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja.
Pertanyaannya bagaimana situasi sektor pertanian pada tahun 2013?
Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan,
pertanian, perikanan dan kehutanan. Hingga saat ini sektor pertanian
menyumbang penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih
menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia.
Bahkan kebutuhan akan pangan nasional, masih menumpukan harapan kepada
sektor pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tetap (ATAP)
produksi padi tahun 2011 sebesar 65,78 juta ton Gabah Kering Giling
(GKG) atau turun 0,71 juta ton (1,07%) dibandingkan produksi tahun 2010.
Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 1,97 juta ton.
Namun, di luar Pulau Jawa justru terjadi peningkatan sebesar 1,26 juta
ton. Sementara itu, angka ramalan (ARAM) I tahun 2012 memperkirakan
adanya peningkatan produksi sebesar 2,84 juta ton (4,31%) dibandingkan
tahun 2011, menjadi sebesar 68,62 juta ton GKG. Kenaikan tersebut
diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 1,59 juta ton dan di luar
Pulau Jawa sebesar 1,25 juta ton, yang disebabkan oleh adanya
peningkatan luas panen sebesar 237.297 Ha (1,8%) dan produktivitas
sebesar 1,23 kuintal/Ha (2,47%).
Mencermati terjadinya penurunan produksi padi di tahun 2011 yang
mencapai 1,07%, target kenaikan angka produksi tahun 2012 sebesar 4,31%
dinilai terlalu optimis. Hal itu didasarkan kenyataan bahwa sampai bulan
Oktober 2012 di berbagai daerah belum turun hujan dan menyebabkan
kekeringan waduk serta irigasi, sehingga sekitar 80.000 Ha sawah
mengalami puso. Sementara itu, produksi padi Januari-Apil 2012 yang
diklaim Kementan dan BPS mengalami kenaikan 4,7% dari tahun sebelumnya,
juga diragukan keakuratan datanya karena Bulog sebagai pihak yang
menyerap beras petani memperkirakan produksi padi pada periode tersebut
hanya naik sebesar 1,3%. Di sisi lain, data peningkatan luas panen pada
tahun 2012 dari BPS juga diragukan, karena data faktual tentang
ketersediaan lahan pertanian tidak jelas dan laju alih fungsi lahan
tidak terkendali.
Salah satu indikator yang menunjukkan masih kurangnya produksi beras
dalam negeri, yakni adanya impor beras dan kenaikan harga beras. Hingga
bulan Agustus 2012, jumlah impor beras sudah mencapai 1.033.794,255 ton.
Sementara itu, rata-rata harga beras September 2012 naik 0,22%
dibanding Agustus 2012 dan naik 7,98% dibandingkan September 2011. Pada
komoditas jagung, data BPS menunjukkan ATAP produksi jagung tahun 2011
sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebanyak 684,39 ribu
ton (3,73%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut terjadi
di Pulau Jawa sebesar 477,290 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar
207.100 ton. Data ARAM I tahun 2012 memperkirakan produksi jagung
meningkat sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau 1,30 juta ton
(7,38%) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan produksi diperkirakan
terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Pulau Jawa
sebesar 0,51 juta ton, yang disebabkan oleh peningkatan luas panen
seluas 132,78 ribu Ha (3,44%) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/Ha
(3,81%).
Pada komoditas kedelai, data BPS menunjukkan ATAP produksi kedelai
tahun 2011 sebesar 851.290 ton biji kering atau turun sebesar 55.740 ton
(6,15%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau
Jawa sebesar 59.090 ton, namun sebaliknya di luar Pulau Jawa meningkat
sebesar 3.350 ton. Sementara itu, pada ARAM I tahun 2012 produksi
kedelai diperkirakan sebesar 779.740 ton biji kering atau turun 71.550
ton (8,4%) dibanding tahun 2011. Penurunan produksi diperkirakan terjadi
di Pulau Jawa sebesar 41.770 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 29.780
ton, yang diperkirakan sebagai akibat penurunan luas panen sekitar
55.560 Ha (8,93%) meskipun ada peningkatan produktivitas sebesar 0,8
kuintal/Ha (0,58%).
Tantangan yang diperkirakan akan dihadapi oleh sektor pertanian pada
tahun 2013, pertama, musim kemarau tahun 2012 di beberapa daerah
diperkirakan masih akan berlangsung hingga bulan November. Sementara
itu, pada tahun 2013 diperkirakan ada pengaruh El Nino yang menyebabkan
kekeringan akan terus berlanjut. Hal ini merupakan siklus dua tahun
setelah La Nina. Kemarau panjang yang akan terjadi dapat menggeser musim
tanam, sehingga akan mempengaruhi produksi. Kedua, diperkirakan masih
akan terjadi permasalahan pada ketersediaan benih padi dan komoditas
pertanian. Hal ini didasarkan pada kejadian di tahun 2010 dan 2011,
dimana selalu terjadi keterlambatan pengadaan benih padi, sehingga
menyebabkan ketergantungan pada produsen benih impor.
Dalam menyikapi kondisi sektor pertanian di tahun 2012 dan perkiraan
tantangan yang akan dihadapi di tahun 2013, hal-hal yang dapat
dilakukan, antara lain meningkatkan pengetahuan dan teknologi pertanian,
terutama terkait perubahan cuaca dengan mengintensifkan pelaksanaan
program Sekolah Lapang-Iklim bagi petani, menambah jumlah penyuluh
pertanian sebagai pihak yang mendampingi petani melakukan penanaman, dan
meningkatkan jumlah anggaran pertanian secara signifikan, terutama
anggaran yang digunakan untuk membangun sarana dan prasarana irigasi.(*)
Artikel Lainnya
No comments:
Post a Comment