Prof Dibyo Prabowo:
Pertanian Thailand Pantas Ditiru
Yogyakarta, 17 Mei 2001
Kepala Pusat Study Asia Pasific (PSAP) UGM Prof Dr Dibyo Prabowo berpendapat, agar dapat mencapai industrialisasi yang mantap dan langgeng basis pertanian Indonesia perlu lebih dulu diperkuat melalui pengembangan agrobisnis.
Pertanian Thailand Pantas Ditiru
Yogyakarta, 17 Mei 2001
Kepala Pusat Study Asia Pasific (PSAP) UGM Prof Dr Dibyo Prabowo berpendapat, agar dapat mencapai industrialisasi yang mantap dan langgeng basis pertanian Indonesia perlu lebih dulu diperkuat melalui pengembangan agrobisnis.
"Thailand yang cukup maju di bidang pertanian pantas ditiru. Namun, untuk Indonesia potensi besar agribisnis tidak akan bermanfaat kalau sekadar goodwill, tetapi tidak ada action," katanya dalam percakapan dengan Pembaruan di Yogyakarta Selasa (15/5/2001) siang.
Menurut pengamatan pakar ekonomi pertanian UGM itu, ada empat faktor penyebab suksesnya Thailand di bidang pertanian. Antara lain, litbang komoditas pertanian yang selalu berorientasi pasar, terutama padi, tebu dan durian.
Selain itu, peranan raja sebagai panutan rakyat di sana cukup besar. Kegiatan market intelligence juga sangat aktif dalam pengembangan komoditas. Dalam hal ini peranan perwakilan Thailand di luar negeri sangat menentukan.
Hal yang tak kalah pentingnya tambahnya, di Thailand kebijakan komoditas sangat kondusif bagi pengembangan produksi maupun ekspor. Sasarannya untuk meningkatkan daya saing. Menjawab pertanyaan tentang prospek agribisnis Indonesia, menurut Dibyo Prabowo, sebenarnya sangat besar. Hal itu dapat dianalisis, baik dari sisi penawaran (supply side) maupun permintaan (demand side).
Di sisi penawaran katanya, Indonesia memiliki agroklimat perairan tropis maupun subtropis, yaitu wilayah dengan ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut (dpl), maupun yang di atas 500 meter dpl. Jadi, hampir semua komoditas agribisnis dunia dapat dihasilkan di sini.
Keanekaragaman hayati Indonesia juga termasuk yang terbesar di dunia. Jika saja komoditas itu dikembangkan melalui teknologi rekombinasi gen (DNA) dan teknologi pengolahan, hasilnya hampir tak terbatas dari segi jumlah maupun jenis. Sayangnya, kata Dibyo Prabowo, potensi yang dimanfaatkan masih sedikit. Apalagi di bidang tanaman dan tumbuhan obat-obatan. Padahal, hampir seluruh tumbuhan bahan farmasi dapat dihasilkan dari bumi Indonesia. Potensi lainnya adalah sumber daya manusia yang berkualitas serta Litbang Agrobisnis yang belum termanfaatkan secara optimal.
Sementara itu, dari sisi permintaan, potensi sektor agribisnis Indonesia dapat dilihat dari besarnya pasar di dalam negeri sendiri karena jumlah penduduknya sangat besar. Demikian juga potensi permintaan ekspor masih cukup besar, meskipun hambatan dan tantangannya masih cukup banyak.
Dibyo Prabowo mengingatkan, meskipun agribisnis mudah diucapkan tetapi sulit dipraktekkan. Karena banyak kendala yang bersifat ekonomis maupun nonekonomis. "Di dalam agribisnis orang lebih suka membedakan antara tahap produksi dan tahap pengolahan," katanya.
Dalam tahap produksi, hasilnya bahan mentah yang cukup guna memasok kebutuhan untuk tahap pengolahan atau sektor industri. Perbaikan pada produksi pertanian akan meningkatkan daya beli penduduk di pedesaan, dan pada gilirannya hal ini akan merupakan pasar yang baik bagi hasil industri.
Karena itu, sebelum mengembangkan industri manufaktur lain, sebaiknya lebih dulu mengembangkan agroindustri atau industri berbasis pertanian. Idealnya, petani yang maju bukan semata-mata penghasil tanaman tapi juga menpunyai orientasi bisnis. "Mereka mengelola usahataninya harus seperti manager
sebuah perusahaan. Mengerti agronomi, peternakan, ekonomi, akunting, pemasaran dan manajemen," kata Dibyo Prabowo
No comments:
Post a Comment