Jamur
merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling dikenal,
terutama untuk masyarakat Asia Tenggara, dan telah lama dibudidayakan
sebagai bahan pangan, karena termasuk golongan jamur yang enak rasanya.
Jamur merang umumnya tumbuh pada media yang merupakan sumber selulosa,
misalnya, pada tumpukan merang, dekat limbah penggilingan padi, limbah
pabrik kertas, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa
kapas, kulit buah pala, dan sebagainya.
Jamur merang kaya akan
protein kasar dan karbohidrat bebas N (N-face carbohydrate). Tingkat
kandungan serat kasar dan abu adalah moderat, sedangkan kandungan
lemaknya rendah. Nilai energi jamur merang rendah, namun merupakan
sumber protein dan mineral yang baik dengan kandungan kalium dan fosfor
yang tinggi. Kandungan Na, Ca, Mg dan Cu, Zn , Fe cukup. Kandungan logam
berat Pb dan Cd tidak ada, sehingga jamur merang sangat baik digunakan
sebagai bahan makanan sehari-hari. Kandungan protein jamur merang
mencapai 1, 8 persen, lemak 0.3 persen, dam karbohidrat 12 – 48 persen.
Jamur
merang kaya akan protein, sebagai makanan anti kolesterol, eritadenin
dalam jamur merang dikenal sebagai penawar racun, dan banyak mengandung
antibiotik yang berguna untuk pencegahan anemia. Menurut penelitian
jamur juga dapat digunakan untukmengobati kanker.
***Jamur merang***
berguna bagi penderita diabetes dan penyakit kekurangan darah, bahkan dapat mengobati kanker.
Sesuai
dengan namanya, umumnya jamur ini tumbuh pada merang atau jerami padi.
Jamur merang dapat dengan mudah kita temui di tumpukan jerami sehabis
masa panen padi. Seusai masa panen, jamur merang akan sulit ditemui.
Namun dengan cara pembudidayaan modern, kita dapat menikmati jamur
merang kapan saja. Tidak tergantung musim.
Pembudiyaan jamur
merang secara modern, membutuhkan tempat khusus yang diset sebagai
tempat tumbuh jamur. Kumbung (rumah jamur) yang telah dilengkapi media
tumbuh dan telah diatur temperaturnya merupakan tempat terbaik untuk
kembang biak jamur merang.
Kumbung dapat dibuat dengan rangka
besi, kayu atau bambu, serta dinding dan atap plastik. Di bagian luar
kumbung ini dipasang lagi atap, dan dinding yang terbuat dari anyaman
bambu, nipah ataupun kain yang dapat ditutup dan buka, untuk mengatur
cahaya matahari yang masuk. Kumbung juga harus dilengkapi jendela untuk
mengatur sirkulasi udara. Di dalam kumbung, dibuat dua deret rak
(bedengan) bertingkat, sebagai tempat meletakkan media tumbuh.
Media
tumbuh yang dibutuhkan merupakan hasil pengomposan jerami dan campuran
limbah kapas dengan perbandingan 2:1, ditambah 1-2 % kapur. Jerami
dibasahi air, kemudian ditimbun bersama kapur di lantai, lalu ditutup
plastik polibag selama 5 hari. Pada hari kelima, timbunan itu dibuka,
dibalik, dan ditambahi bekatul, kemudian diletakkan di bedengan.
Bedengan itu kemudian ditutup polibag selama 4 hari untuk menjalai
proses fermentasi. Sebelum digunakan, bahan ditambah lagi dengan limbah
kapas dan biji-bijian seperti kacang hijau, beras, jagung, kedelai, atau
biji kapuk.
Setelah siap, media tumbuh diletakkan di rak-rak
bedengan di dalam kumbung. Agar terhindar dari serangan bakteri,
ngengat, ataupun jamur lain, kumbung dan media tanam harus disterilkan.
Sterilisasi dilakukan dengan proses pasteurisasi, yakni pemanasan kompos
dan ruangan rumah jamur dengan uap panas hingga temperatur 70 derajat
celcius selama 5-7 jam. Suhu kompos dipertahankan 70 derajat selama 2-3
jam.
Pemanasan kumbung ini dilakukan dengan menghidupkan
generator uap yang telah dihubungkan dengan ruangan dalam kumbung.
Generator uap dapat dibuat sederhana, menggunakan drum-drum bekas yang
diisi air, serta dipanaskan menggunakan kayu bakar. Uap yang dihasilkan
disalurkan ke dalam kumbung.
Setelah pasteurisasi, udara segar
dibiarkan masuk untuk menurunkan suhu hingga mencapai 32-35 derajat
celcius. Saat inilah bibit boleh mulai ditanam.
Bibit jamur
merang biasanya diperoleh dari penjual bibit. Tidak mudah membuat biakan
bibit jamur sendiri, kalaupun bisa, kualitasnya tidak selalu bagus.
Bibit ditebarkan di seluruh permukaan jerami yang telah dikomposkan.
Setelah itu, jendela dan pintu kumbung ditutup selama tiga hari. Suhu
dijaga dalam kisaran 32-38 derajat celcius. Bibit jamur memerlukan suhu
yang agak panas untuk menumbuhkan miselium (benang-benang jamur).
Sirkulasi
udara harus dijaga. Selain itu, perhatikan pula media tumbuh, jangan
sampai jerami kering. Bila perlu, semprotkan air yang telah dicampur
sedikit urea.
Pada hari ke 8-12 setelah peletakan bibit, jamur
merang sudah siap dipanen. Jamur merang biasanya diminati saat kuncupnya
belum mekar, masih berbentuk bulat dengan warna putih kecoklatan. Bila
kuncup telah mekar, meski masih bisa dimakan, namun nilai ekonomisnya
akan turun.
Saat ini, jamur merang kualitas bagus dapat dijual
dengan harga cukup tinggi, 9.000-10.000 perkilogram. Dari setiap kandang
berukuran 4 x 8 meter berisi sepuluh rak bedengan, dapat dipanen 25-40
kilogram jamur. Setiap hari selama masa panen yang berlangsung 15-17
hari.
***Jamur Merang***
-Taksonomi
Super Kingdom: Eukaryota
Kingdom: Myceteae (fungi)
Divisio: Amastigomycota
Sub Divisio: Basidiomycotae
Kelas: Basidiomycetes
Ordo: Agaricales
Familia: Plutaceae
Genus: Volvariella
Spesies: Volvariella volvacea
-Morfologi
Jamur
ini sudah telanjur mendapat sebutan jamur merang walaupun tidak selalu
tumbuh di media merang (tangkai padi). Sebenarnya jamur ini juga bisa
tumbuh di media atau sisa-sisa tanaman yang memiliki sumber selulosa,
seperti limbah pabrik kertas, limbah biji kopi, ampas batang aren,
limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, dan kulit buah pala.
Sesuai
dengan nama ilmiahnya, Volvariella volvacea, jamur ini memiliki volva
atau cawan berwarna cokelat muda yang awalnya merupakan selubung
pembungkus tubuh buah saat masih stadia telur.
Dalam
perkembangannya, tangkai dan tudung buah membesar sehingga selubung
tersebut tercabik dan terangkat ke atas dan sisanya yang tertinggal di
bawah akan menjadi cawan.Jika cawan ini telah terbuka akan terbentuk
bilah yang saat matang memproduksi basidia dan basidiospora berwarna
merah atau merah muda.
Selanjutnya basidiospora akan berkecambah
dan membentuk hifa. Setelah itu, kumpulan hifa membentuk gumpalan kecil
(pin head) atau primordial yang akan membesar membentuk tubuh buah
stadia kancing kecil (small button), kemudian tumbuh menjadi stadia
kancing (button), dan akhirnya berkembang menjadi stadia telur (egg).
Dalam budi daya jamur merang, pada stadia telur inilah jamur dipanen.
-Lingkungan tumbuh
Jamur
merang tumbuh di lokasi yang mempunyai suhu 32-38°C dan kelembapan
80-90% dengan oksigen yang cukup. Jamur ini tidak tahan terhadap cahaya
matahari langsung, tetapi tetap membutuhkannya dalam bentuk pancaran
tidak langsung. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk jamur merang
adalah 6,8-7.
***Jamur Merang***
Jamur
Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling di kenal
untuk daerah Asia Tenggara, selain rasanya yang enak, mudah tumbuh pada
berbagai macam media tumbuh. Diantara sekian banyak spesies jamur
tropika dan sub tropika Volvariella volvacea atau si Jamur Merang
merupakan jamur yang memiliki kandungan gizi yang tidak kalah bila
dibandingkan dengan bahan makanan yang lain. Jamur Merang mengandung
berbagai macam asam amino baik asam amino esensial dan asam amino non
esensial. Volvariella volvacea dari namanya di ketahui sebenarnya jamur
yang memiliki volva atau cawan biasanya merupakan jamur beracun
kecuali Jamur Merang. Oleh sebab itulah di Asia khususnya di Indonesia
orang – orang lebih menyukai Jamur Merang dari pada jamur yang tidak
beracun lainnya (Sukara, 1981).
Diantara sekian banyak jenis jamur
yang tumbuh liar pada musim hujan orang sering sulit membedakan antara
jamur yang dapat di konsumsi dan jamur yang tidak dapat di konsumsi
(jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat
awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun,
umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok seperti warna
merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna–warna yang mencolok
lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau yang menusuk hidung,
selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang
membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang
mengalami keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing,
bahkan akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).
Menurut
Rismunandar (1982), Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur
yang paling mudah hidup di dalam berbagai macam media tumbuh, dapat di
tanam di mana saja. Jamur Merang paling mudah dibudidayakan karena jamur
ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungannya.
Sehingga Jamur Merang dapat tumbuh mulai dari benua Asia sampai benua
Afrika pada ketinggian tertentu. Pada umumnya jamur–jamur yang sudah
dibudidayakan secara besar–besaran biasanya di tanam di media tumbuh
yang berupa kompos yang sudah jadi. Tetapi untuk Jamur Merang dapat di
tanam di media tumbuh yang masih berupa limbah–limbah pabrik pertanian
yang belum di olah menjadi kompos. Dapat tumbuh pada berbagai media
tumbuh yang banyak mengandung selulosa. Banyaknya macam media tumbuh
Jamur Merang menyebabkan para petani jamur harus selektif dalam
pemilihan media tumbuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk
mengetahui media tumbuh manakah yang paling baik di gunakan, para
petani sering mencoba berbagai macam media untuk membandingkan hasil
yang di peroleh dengan menggunakan berbagai macam media tumbuh.
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Media Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Jamur Merang (Volvariella volvacea)”
Penjelasan Jamur Merang
Trubus (2001) media tumbuh merupakan tempat tumbuh suatu tanaman dan
media tumbuh Jamur Merang sisa limbah hasil pertanian yang banyak
mengandung zat-zat yang banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur
seperti clooze, lignin dan selulosa.
Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvace)
Pertumbuhan
Jamur Merang berarti banyaknya Meselium jamur yang tumbuh membentuk
tubuh buah (primodia)yang muncul di atas permukaan media tumbuh (Trubus,
2001).
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Jamur
Merang termasuk jamur sejati yang memiliki tingkatan hidup yang lebih
tinggi dari pada tumbuhan Talus lainya. Jamur sejati umumnya memiliki
tubuh buah yang merupakan tonjolan atau pertumbuhan dari Myselium.Tubuh
buah pada Jamur Merang (Volvariella volvacea) sudah memiliki Akar,
batang (tangkai) di mana pada tudung terbentuk spora. Spora yang sudah
masak biasanya di terbangkan oleh angin yang kemudian tumbuh membentuk
myselium. Myselium umurnya lebih dari satu tahun, selama keadaan buruk
myselium berada dalam tanah, kadang – kadang juga kayu, dan pada
musim-miusim tertentu (di indonesia musim hujan) membentuk tubuh buah
yang menyerupai payung (Tjirosoepomo, 1981)
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea) Menurut Dwidjoseputro (1978) adalah sebagai berikut :
Divisi : Mycotina
Sub Divisi : Eumycotina
Kelas : Basidiomycetes
Sub Kelas : Homo Basidiomycetidae
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea
Siklus Hidup Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menurut
Suriawiria (1982), kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofit
ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi
sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang
heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber
nutrien (sumber makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur
Merang (Volvariella volvacea) sendiri memiliki bentuk tubuh yang
lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah memiliki akar (rhizoid),
tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak berklorofil Jamur
Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan yang
umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara
umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak
dapat menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh
makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan
protein. Berbeda dengan jenis jasad yang memiliki klorofil mempunyai
kemampuan untuk melakukan fotosintesis yaitu pengubahan senyawa
anorganik (CO2, H2O) menjadi senyawa organik (C6 H12 O6 ) ini di
sebabkan klorofil merupakan bejana alami yang mengubah energi fisik (
cahaya) menjadi energi kimia.
Pada umumnya bangsa jamur dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan Secara Seksual
Perkembangbiakan
secara seksual bukan bearti sama kejadianya pada hewan. Di dalam
kenyataanya ada dua hifa yang kemudian bertindak seperti gamet (alat
perkembangbiakan ), tetapi belum dapat di bedakan antara yang jantan dan
betina, hanya di beri tanda (+) dan (-), yang kemudian bersatu (kawin)
membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi jamur dewasa.
(Suriawiria, 1982).
Perkembangbiakan Secara Aseksual
Perkembangbiakan
secara aseksual yaitu melalui jalur spora yang terbentuk endogen di
dalam askus atau eksogen pada basilium. Askus merupakan alat
perkembangbiakan yang spesifik dan tidak lain merupakan sporangium.
Askus dan basidium berkumpul dalam satu tubuh buah yang terjadi dari
plektenkim dalam tubuh buah askus atau basidium tersusun tegak dan
sejajar seperti jaringan tiang (Tjitrosoepomo, 1981). Jamur Merang
khususnya jamur–jamur yang memiliki tubuh buah pada umumnya
berkembangbiak dengan membentuk spora.
spora
cat:(gambarnya dikirim)
Gambar 2.4. Tipe perkembangan tubuh buah
Sumber: Sinaga (1990)
Morfologi Jamur Merang
Tubuh
buah sering pula disebut dengan primodia yaitu sesuatu yang keluar di
atas permukaan tanah yang bentuknya seperti payung terbuka bila mana
sudah tua, dan berbentuk telur kecil bila mana baru timbul. Selain jamur
yang tumbuh membentuk tubuh buah juga terdapat jamur yang tetap dalam
bentuk myselium yang biasanya tumbuh di dalam tanah dan senantiasa
menghindari sinar matahari (Rismunandar, 1982).
Struktur Tubuh Buah Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menurut
Suriawiria (1986), jamur secara umum mempunyai struktur tubuh yang
sederhana mulai dari jamur bersel satu, bentuk serat sampai bentuk
lengkap, artinya sudah menyerupai tanaman tingkat tinggi yang sudah
memiliki akar dan batang.
Pada jamur yang memiliki tingkat kehidupan
lebih tiggi (Jamur Sejati) memiliki dua macam perkembangan tubuh buah
atau Primodia, yaitu : tipe perkembangan tubuh buah Angiocarpic dan
Gymnocarpic.
Tipe Angiocarpic
Pada saat
perkembangan sampai terbentuknya primodia. Ada stadio kancing (Button
Stage) selubung universal yang membungkus keseluruhan tubuh buah akan
tercabik, tudung akan terangkat ke atas sedangkan selubung universal
yang sobek tertinggal di bawah yang kemudian membentuk wadah yang di
sebut dengan cawan.
Tipe Gymnocarpic
Pada
tipe perkembangan gymnocarpic lapisan universal tidak terbentuk, sisi
dari pembesaran tudung di hubungkan dengan batang oleh selubung dalam,
pada waktu membesar selubung dalam tercabik dan melekat melingkari
batang membentuk cin-cin (anulus). Jadi Jamur Merang memiliki tipe
perkembangan tubuh buah Angiocarpic karena pada Jamur Merang terdapat
volva, sedangkan jamur-jamur yang memiliki perkembangan tubuh buah
tipe Gymnocarpic salah satunya yaitu campingnon yang memiliki
lingkaran pada tangkainya (Sinaga, 1990).
cat:(gambarnya dikirim)
Gambar 2.1. Tipe perkembangan tubuh buah angiocarpic dan gymnocarpic.
Sumber: Sinaga (1990)
Keterangan:
1 Tudung
2 Bilah
3 Spora
4 Cincin
5 Tangkai
6 Cawan
7 Rhizoid
Pemeliharaan Jamur Merang
Pemilihan bibit Jamur Merang yang berkualitas
Untuk
mendapatkan bibit jamur yang berkualitas maka harus dipilih induk tanam
yang bersifat unggul, induk tanaman jamur yang dipakai untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas adalah jamur yang memiliki ukuran
besar, bulat teratur, batangnya bulat kokoh, jamur tidak terserang oleh
hama penyakit dan jamur tidak mengalami kelainan fisik seperti kriting
atau mekar tidak sempurna. Setelah ditentukan bibit jamur yang akan
digunakan selanjutnya dilaksanakan tahapan berikutnya yaitu isolasi.
Isolasi pada dasarnya merupakan upaya untuk mendapatkan kultur murni
dari jamur. Pada umumnya isolasi dapat dilakukan dengan dua cara antara
lain dengan kutltur jaringan dan kultur spora (Rahardja, 1988).
Teknik isolasi dengan kultur jaringan
Isolasi
dengan kultur jaringan dilakukan dengan cara megambil jaringan jamur
dan menanamnya pada media agar miring. Menurut Rahardja (1988) teknik
isolasi dengan kultur jaringan adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan
alat dan bahan yang digunakan harus steril yang sudah diterilkan dengan
larutan alkohol dan formalin dan bahan di atas lampu spritus.
Bakal
induk diambil dengan cara memotong bagian dalam tanaman yaitu pada
ketiak daun dengan menggunakan pisau isolasi steril yang tajam dengan
ukuran 3 mm2.
Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) miring pembuatan
PDA dapat dilakukan secara sederhana dengan bahan yang mudah diperoleh
seperti: kentang 100 gr, dektrosa (gula putih) 10 gr, agar tepung 3 gr,
aquades 500 ml CaCO3 (cuka encer). Kentang direbus hingga lunak,
kemudian air rebusan kentang di saring lalu ditambahkan dektrosa dan
agar selanjutnya semua bahan dimasak sampai larut. CaCO3 dapat
ditambahkan untuk mengatur PH.
a.4 Media yang sudah siap
ditanami eksplan kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 2-3 hari,
hasil inkubasi yang baik yaitu apabila miselium tumbuh menyebar dan
berwarna putih. Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam
pembuatan bibit induk.
Menurut
Sianaga (2006), biakan murni dapat juga dimulai dari botol yang diisi
dengan PDA, kemudian bibit di pindahkan ke media miring dalam tabung
reaksi. Dari dalam botol bibit dapat dibagi menjadi 10 atau lebih
kedalam tabung reaksi sering pula disebut biakan inti dengan media PDA.
Dari
biakan initi masing-masing dapat dibagi menjadi 10 botol biakan Sub
Kultur yang masih ditanam dalam media PDA, setelah masa inkubasi selama 7
hari biakan subkultur siap ditanam kembali menjadi bibit induk, media
tumbuh berupa subtrat yang terdiri dari biji-bijian dan dedak,
diinkubasi lagi selama 7 hari dan ditanam kembali sebagai bibit jamur
yang ditanam pada media subtrat, diinkubasi kembali selama 7 hari.
Setelah masa inkubasi selesai bibit jamur siap di tanam.
Isolasi dengan kultur spora
Isolasi
dengan kultur spora pada prinsipnya adalah isolasi dari spora jamur
yang fertil (subur), caranya hampir sama dengan isolasi jaringan kultur
bedanya hanya dalam pengambilan ekplan. Pada isolasi kultur spora yang
diambil sebagai ekplan adalah lamella (bilah) karena spora jamur
menempel pada lamella jamur. Isolasi dengan kultur spora dapat
dilaksanakan dengan monospora dan multispora (Rahardja, 1998).
Pemeliharaan jamur di dalam media tumbuh
Bahan
yang digunakan sebagai media tumbuh untuk menanam jamur dapat
bermacam-macam berupa limbah indsutri pertanian media tumbuh sebelum
dipakai harus direndam kurang lebih selama 3 hari, kemudian diperas dan
ditimbun dengan plastik selama 6 hari. Dalam proses perendaman media
ditambahkan kapur, pupuk urea dan dedak. Setelah direndam media siap
disterilkan dengan cara dikukus selama 2 jam. Setelah media dingin bibit
siap ditanami bibit yang berupa butiran/gumpalan dapat langsung
ditanam. Setelah penanaman bibit media tumbuh di tutup dengan plastik
hitam agar suhu menjadi lebih hangat, setelah 5 hari bisa dibuka untuk
mendapatkan sedikit sinar matahari, cahaya matahari akan mempercepat
pembentukan primodia (Sinaga, 1998).
Menurut
Anonim (1992) untuk meningkatkan produksi jamur ada beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti suhu, kelembaban, O2 (oksigen) dan, Cahyana.
Suhu
Selama
pemeliharaan jamur yang masih dalam proses pertumbuhan suhu di dalam
persemaian harus dipertahankan antara 32-38oC. Suhu tidak boleh rendah
dari 32oC dan tidak boleh lebih dari 38oC. Karena produksi jamur tidak
akan optimal. Jika suhunya di bawah 30oC Primodia yang terbentuk akan
lebih cepat tetapi tubuh buah yang terbentuk kecil dan panjang,
sebaliknya jika lebih dari 38oC akan menyebabkan payung yang terbentuk
tipis serta pertumbuhan jamur kerdil dan payungnya keras. Untuk
mendapatkan suhu yang diinginkan dapat dilakukan beberapa cara, jika
suhu terlalu rendah di bawah 30oC dapat dinaikkan dengan cara menutup
lubang dengan plastik hitam. Bila suhu terlalu tinggi di atas 38oC cara
untuk menurunkan suhu tersebut, yaitu dengan mengondisikan aerasi yang
baik misalnya dengan membuka tutup plastik dan membuka jendela kubung
untuk beberapa saat.
Kelembaban
Kelembaban
udara yang dibuthkan untuk produksi optimum Jamur Merang adalah 60%,
jika kelembaban terlalu tinggi dapat menyebabkan busuknya jamur dan jika
kelembaban terlalu rendah akan mengakibatkan tubuh buah yang terbentuk
kecil dan sering terbentuk di bawah media tumbuh. Untuk mendapatkan
kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan Jamur Merang untuk
pertumbuhannya, sebelum media tumbuh disterilkan terlebih dahulu di
rendam selama 2 hari kemudian di peras untuk mencegah kelembaban yang
tinggi, setelah media tumbuh ditanami dilakukan penyemprotan untuk
mencegah keringnya media tumbuh.
Oksigen dan cahaya
Jamur
membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan produksi tubuh buahnya.
Kebutuhan akan oksigen yang paling banyak yaitu pada saat pembentukan
tubuh buah, maka aerasi sangat dibutuhkan. Kekurangan oksigen akan
mengakibatkan payung dari Jamur Merang menjadi kecil sehingga cenderung
mudah pecah dan bentuk tubuh buahnya abnormal. Kekurangan oksigen yang
ektrim dapat diketahui bila kita masuk ke dalam ruangan merasa pengap,
untuk mencegah kekurangan oksigen plastik yang menutup media dapat
dibuka untuk beberapa saat.
Cahaya matahari secara langsung harus
dihindari, namun cahaya matahari tidak langsung dibutuhkan untuk memicu
pembentukan primodia dan untuk menstimulasi pemecahan spora.
Artikel keren lainnya:
kasi tau dong kenapa eritadenin dapat menjadi penawar racun....trus kadar eritadenin dalam jamur merang itu berapa ya???
ReplyDeleteaku mau tnya,ibuku kan buang sisa" teh lalu di atas di beberapa hari kemudian muncul jamur apa itu termasuk jamur merang?,dan bagai mana apabia jamur itu dimasak apakah tidak berpengaruh buruk bagi tubuh?
ReplyDelete