Di tengah hiruk pikuknya
usaha ekspansi Jepang ke Pasifik, dibarengi dengan dongeng harta karun
kerajaan-kerajaan Eropa di Asia Tenggara, maka pada tahun 1939, Liem
Sioe Liong mengikuti jejak abangnya yang tertua. Dari Fukien, ia
Berangkat ke Amoy, dimana bersandar sebuah kapal dagang Belanda yang
membawanya menyeberangi Laut Tiongkok. Sebulan untuk kemudian sampai di
Indonesia. Sejak dulu, kota Kudus sudah terkenal sebagai pusat pabrik
rokok kretek, yang sangat banyak membutuhkan bahan baku tembakau dan
cengkeh. Dan sejak jamam revolusi Liem Sioe Liong sudah terlatih menjadi
supplier cengkeh, dengan jalan menyelundupkan bahan baku tersebut dari
Maluku, Sumatera, Sulawesi Utara melalui Singapura untuk kemudian
melalui jalur-jalur khusus penyelundupan menuju Kudus. Sehingga tidak
heran dagang cengkeh merupakan salah satu pilar utama bisnis Liem Sioe
Liong pertama sekali, disamping sektor tekstil. Dulu juga dia, banyak
mengimpor produksi pabrik tekstil murahan dari Shanghai.
Di Kudus
Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah
Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak
mengizinkan, lantaran takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok.
Kekuatiran itu timbul melihat tampang Liem yang masih totok. Tapi, Liem
tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima dan diizinkan menikah.
Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum, keluarga
istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan
berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang
menjajah Indonesia, usahanya bangkrut. Ditambah lagi, dia mengalami
kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya
meninggal. Hanya Liem yang selamat, setelah tak sadarkan diri selama dua
hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta.
Seirama
dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun
berkembang demikian pesat. Pada tahun 1969, Om Liem bersama
Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut
sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Om Liem
sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. The Gang of Four ini
kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan
modal pinjaman dari pemerintah. Bogasari yang memonopoli suplai tepung
terigu untuk Indonesia bagian Barat, yang meliputi sekitar 2/3 penduduk
Indonesia, di samping PT. Prima untuk Indonesia bagian Timur. Hampir di
setiap perusahaan Liem Sioe Liong dia berkongsi dengan Djuhar Sutanto
alias Lin Wen Chiang yang juga seorang Tionghoa asal Fukien. Bogasari
sebuah perusahaan swasta yang paling unik di Indonesia. Barangkali hanya
Bogasarilah yang diberikan pemerintah fasilitas punya pelabuhan
sendiri, dan kapal-kapal raksasa dalam hubungan perteriguan bisa
langsung merapat ke pabrik.
Ketika pertama berdiri, PT Bogasari
berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter.
Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement
Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di
Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement.
Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan
real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah
Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Selain itu, Om Liem
juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT
Indomobil.
Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan
Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Di tahun 1970-an. Bank
Central Asia ini telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di
Indonesia dengan total asset sebesar US$ 99 juta. Belakangan Mochtar
Riady membangun Lippo Bank. Ketika itu, Om Liem pernah jadi orang
terkaya di Indonesia dan Asia. Serta masuk daftar 100 orang terkaya
dunia. Namun, seirama dengan mundurnya Presiden
Soeharto
dan akibat terjadi krisis moneter, bisnis dan kekayaannya pun turun.
Bahkan, Om Liem terpaksa memilih bermukim di Singapura, setelah rumahnya
di Gunung Sahari dijarah massa reformasi. Setelah peristiwa tersebut,
ia mulai mengalihkan kepengurusan bisnisnya kepada anaknya Anthony
Salim, lalu pindah dan tinggal di Singapura hingga tutup usia. Ia
dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia
Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Begitu
perkasanya dia di bidang perekonomian Indonesia dewasa ini, mungkin
menjadi titik tolak majalah Insight, Asia’s Business Mountly terbitan
Hongkong dalam penerbitan bulan Mei tahun ini, menampilkan lukisan
karikatural Liem Sioe Liong berpakaian gaya Napoleon Bonaparte. Dadanya
penuh ditempeli lencana-lencana perusahaannya. Perusahaan holding
company-nya bernama PT Salim Economic Development Corporation punya
berbagai macam kegiatan yang dibagi-bagi atas berbagai jenis divisi;
masing-masing adalah:
- divisi perdagangan
- divisi industri
- divisi bank dan asuransi
- divisi pengembangan (yang bergerak dibidang hasil hutan dan konsesi hutan)
- divisi properti yang bergerak dibidang real estate, perhotelan, dan pemborong
- divisi perdagangan eceran
- divisi joint venture.
Setiap
divisi membawahi beberapa arah perusahaan raksasa, berbentuk
perseroan-perseroan terbatas. Pelbagai kemungkinan untuk lebih
mengembangkan lajunya perusahaan sekalipun tidak akan meningkatkan
permodalan, seperti go-public di pasar saham Jakarta, – dilangsungkan
group Soedono Lem Salim dengan gencar. Halangan maupun isu bisnis yang
mengancam perusahaannya, nampak tak membuat Liem cemas. Seperti katanya
kepada Review,
“Jika anda hanya mendengarkan apa yang dikatakan orang, anda akan gila. Anda harus melakukan apa yang anda yakini.”
Bermodal
kalimat pendeknya itu pulalah mengantar Liem Sioe Liong muda di Kudus
yang juga terkenal sebagai Lin Shao Liang menjadi Soedono Salim si Raja
Dagang Indonesia, belakangan ini.
Sudono Salim atau Liem Sioe
Liong meninggal dunia dalam usia 96 tahun. Berdasarkan informasi yang
beredar, pengusaha kakap itu wafat di Singapura pada tanggal 10 Juni
2012.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Sudono_Salim
- http://pontianak.tribunnews.com/2012/06/10/sekilas-kisah-perjalanan-hidup-sudono-salim
- http://freddyiriawan.com/succes-story/kisah-sukses-liem-sioe-liong-soedono-salim/
Belum ada tanggapan untuk "Biografi Soedono Salim - Pengusaha Sukses Indonesia"
Post a Comment