Setia kepada inovasi salah satu kunci sukses Belanda jadi raksasa florikultura dunia.
Enam pria berjajar rapi di belakang sebuah pagar besi setinggi paha.
Kedua tangan mereka terbungkus sarung tangan. Salah satu tangan
menggenggam gunting pangkas. Sejurus kemudian beberapa talang berwarna
putih dengan rumpun-rumpun tanaman mawar di atasnya bergerak dari arah
dalam nurseri menuju para pria itu.
Persis di depan setiap pekerja, dua talang berhenti. Segera saja
masing-masing pria menyibak daun, lalu kres… kres… kres… memotong
tangkai bunga terpilih setinggi 55 cm. “Kami memanen bunga yang belum
mekar sempurna. Sebab pasar lebih menyukai bentuk seperti itu,” tutur
Angelien van den Nouweland, putri pemilik nurseri, yang menemani Trubus
menyaksikan panen bunga mawar potong di nurseri di Kota Waddinxveen,
Belanda, itu.
Seleksi otomatis
Para pekerja lalu memasukkan bunga-bunga Rosa sinensis itu ke dalam
bak berisi air terletak di belakang mereka. Begitu mencapai jumlah 28
tangkai secara otomatis bak bergerak ke gudang sortasi. Di sana sudah
ada pekerja menunggu di depan sebuah mesin yang dilengkapi semacam rel
mirip rantai sepeda dengan pencapit di ujungnya.
Dengan cekatan perempuan pekerja itu menyelipkan setiap tangkai mawar
di pencapit. Bunga-bunga itu lalu bergerak seiring pergerakan rantai
menuju sebentuk kotak memanjang berisi sensor. Sensor bekerja untuk
memastikan kualitas bunga sesuai standar. Hap…! Dengan segera mawar yang
tidak lolos seleksi meloncat dengan sendirinya keluar dari jalur rel.
Setiap jam mesin itu mampu menyeleksi 40.000 bunga.
Mawar lolos seleksi itu lalu dikelompokkan per sepuluh atau dua puluh
tangkai di atas ban berjalan. Ban berjalan membawa tumpukan kembang ros
itu menuju pekerja yang mengemas bunga dengan plastik atau pot plastik
khusus. Dalam bentuk seperti itulah mawar-mawar dari Marjoland-nama
nurseri-dipasarkan ke pasar lelang.
Dengan bantuan mesin-mesin pintar, nurseri milik suami-istri Joop dan
Mariola van den Nouweland itu memanen 250.000 tangkai mawar setiap
hari. Budidaya mawar di nurseri seluas 20 ha itu amat intensif dan
serbamodern. Greenhouse, misalnya, dilengkapi pengatur iklim mikro.
Sistem pemanasan aktif ketika suhu di dalam ruangan di bawah angka yang
dikehendaki mawar, 20-21oC.
Di langit-langit rumah tanam Marjoland terdapat 20.000 light emiting
diode (LED) berkekuatan 15.000 luks yang efektif menghasilkan cahaya
pengganti sinar matahari. Sinar tambahan dibutuhkan saat langit mendung
atau ketika musim dingin. Selain itu secara berkala turbin menyalurkan
gas karbondiokasida ekstra selama 24 jam. “Dengan cara itu produksi bisa
naik 10%,” tutur Angelien.
Pasar luas
Nurseri KP Holland di Naaldwijk juga menerapkan teknologi modern
seperti sistem pengaturan iklim mikro. Nurseri itu memproduksi bunga
kurkuma potong asal daerah tropis. Perjalanan mengelilingi Belanda
selama sepekan pada pertengahan Juli 2012 membuktikan, negeri Tulip itu
mengandalkan teknologi canggih dalam sistem budidaya pertanian. “Dengan
begitu budidaya dilakukan secara efisien dan secara massal,” tutur Ir
Yos Sutioso, praktikus hortikultura di Jakarta yang ikut bersama
rombongan Trubus.
Tengok saja di nurseri Vreugdenberg milik Aad Vreugdenhill yang
membudidayakan kalanchoe. Setiap pekan Aad mendapat kiriman 140.000
bibit dari sebuah nurseri di Bogor, Provinsi Jawa Barat. Untuk
menanamnya cukup selama dua hari dengan bantuan dua pekerja saja.
“Setiap pekerja mampu menanam 6.000 bibit per jam,” kata Aad. Sebab
pekerja tinggal menanam bibit di pot-pot berisi media tanam yang
bergerak di atas ban berjalan. Lalu mesin pintar lain menaruh pot-pot
itu di bak-bak penanaman dan mengirimkan ke nurseri pembesaran.
Delapan bulan kemudian tanaman siap panen dan dibawa ke gudang
sortasi. Di sana kalanchoe pot yang lolos seleksi masuk ke mesin
pengemas khusus yang mampu membungkus 25.000 tanaman dengan plastik
cantik setiap jam. Nurseri Anthura di kota Bleiswijk yang memproduksi
anthurium potong dan pot plant serta phalaenopsis pot menggunakan
teknologi tirai diafragma.
Tirai itu seperti jaring penaung biasa, tapi terdiri atas dua warna,
perak dan hitam yang selang-seling secara memanjang. Dengan tirai belang
itu-dibarengi dengan otomatisasi-Nic van der Knaap, pemilik nurseri,
bisa mengatur cahaya masuk ke dalam dari hanya 0-50% tanpa perlu
memasang-bongkar jaring penaung. Lagi pula jaring belang itu juga mampu
menyimpan energi panas. Ketika kebutuhan cahaya dan energi panas bisa
dibuat mendekati kebutuhan tanaman, pertumbuhannya lebih optimal.
Berbekal teknologi juga para pekebun menghasilkan tanaman hias baru
dan spektakuler. Sebut saja anggrek bulan mini dengan bunga besar dan
rimbun serta anthurium berbunga tumpuk di kebun Anthura, kalanchoe
berbunga tumpuk dari Vreugdenhill, dan phalaenopsis biru di nurseri Van
Geest. Produk dari kebun-kebun modern itulah yang kemudian memasok pasar
tanaman hias di hampir seluruh dunia, terutama negara-negara Eropa.
Kombinasi teknologi dan pasar luas kunci Belanda jadi raja industri
florikultura. (Evy Syariefa)
Keterangan Foto :
- Dengan bantuan teknologi pintar pekerja mampu memanen 250.000
tangkai mawar per hari. Pekerja cukup berdiri di titik tertentu,
bedengan mawar datang menghampiri
- Tirai diafragma di nurseri Anthura untuk mengatur pencahayaan tanpa perlu bongkar pasang jaring
- Phalaenopsis mini berbunga besar tengah jadi tren
- Mesin seleksi berkapasitas 40.000 tangkai per jam, mawar tidak lolos seleksi terlempar secara otomatis
- Dengan rekayasa iklim mikro kurkuma asal daerah tropis tumbuh optimal
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Teknologi Canggih di Kebun Meneer "
Post a Comment