Monday, December 24, 2012

Pahit Kendalikan Manis

 Pahit Kendalikan Manis




Kadar gula darah melambung memaksa Parjono berhenti bekerja. Konsumsi air rebusan daun kipait setiap sore membantu mengembalikan kesehatannya.Hasil pemeriksaan darah pada 2002 itu menjawab berbagai keluhan Parjono: kadar gula darah mencapai 350 mg/dl. Menurut dr Reno Gustaviani Rustam SpPD dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, orang dengan kadar gula darah berkisar 140-199 mg/dl dikatakan sudah berada pada kondisi toleransi glukosa terganggu (TGT) alias tahapan menuju diabetes mellitus (DM). Seseorang menderita diabetes jika kadar gula darah puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar gula darah sewaktu-waktu diperiksa lebih dari 200 mg/dl.

Dokter pemeriksa di Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pun mendiagnosis ayah 2 anak itu menderita diabetes mellitus. Warga Desa Wiladeg, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu memang sering kali mengeluh sakit kepala, lesu, mudah lapar, penglihatan kabur, dan nyeri sendi. Semula semua gejala yang dirasakan sejak 1993 itu ia abaikan. “Keluhan seperti itu dapat dialami siapa saja yang terlalu lelah bekerja,” ujar mantan pengemudi mobil operasional Lembaga Pengabdian Masyarakat di sebuah universitas swasta di Yogyakarta itu.
Namun, pada awal 2002, kondisinya kian memburuk. Parjono mengalami gejala khas yang dialami penderita diabetes alias diabetesi seperti poliuria alias kerap berkemih. Dalam semalam ia bisa bolak-balik 5-7 kali ke peturasan. “Siang juga sama. Jalan kaki dari rumah ke balai desa yang berjarak 1,5 km saja saya bisa berkemih 2-3 kali,” ungkapnya. Buat Parjono yang setiap hari berada di belakang kemudi, terus-menerus berkemih itu merepotkan. Apalagi ia mengemudi untuk jarak jauh seperti ke Yogyakarta-Purworejo, Yogyakarta-Semarang, dan Yogyakarta-Surabaya. Perjalanan Yogyakarta-Surabaya misalnya menghabiskan waktu hingga 6-7 jam.
Terus naik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat penderita diabetes mellitus (DM) di seluruh dunia pada 2002 mencapai 170-juta jiwa. Pada 2030 jumlah penderita diprediksi melambung hingga 366-juta jiwa. Sementara Data Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan pada 2005-2006, DM adalah penyakit tidak menular penyebab nomor ke-9 kematian di rumahsakit seluruh Indonesia. Pada 2007, peringkat itu naik menjadi peringkat ke-6 dengan jumlah kematian 5,7%. Dari tahun ke tahun penderita DM terus bertambah.
Menurut dr Nyoman Kertia SpPD-KR, ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tingginya kadar gula darah dalam tubuh karena kurangnya hormon insulin. Kekurangan hormon pengatur penyerapan gula darah ke jaringan tubuh itu disebabkan dua hal. Pertama rusaknya pankreas sehingga organ itu gagal memproduksi insulin. Ketidakhadiran insulin menyebabkan gula darah sulit masuk ke jaringan tubuh. Gula darah dibutuhkan sebagai energi bagi sel untuk beraktivitas.
Glukosa yang tidak terserap tubuh akan menumpuk dalam darah. “Pada kondisi seperti itu seseorang divonis menderita DM tipe 1. Penderitanya dapat dideteksi sejak usia dini,” tutur Nyoman Kertia. Penderita DM 1 bergantung pada suntikan insulin karena pankreas gagal memproduksi insulin. Kebutuhan akan hormon itu dipenuhi dari luar.
Kurangnya hormon insulin juga dapat disebabkan oleh sel darah yang kurang peka menyerap insulin dari pankreas. Penyebab gangguan itu ialah pola hidup tidak sehat seperti banyak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula dan karbohidrat tinggi, kegemukan, faktor usia, dan kurang olah raga. Asupan glukosa yang tidak diimbangi dengan aktivitas yang menguras energi menyebabkan glukosa menumpuk dalam darah. “Itu membuat sel darah kurang peka dalam menyerap insulin,” tutur Nyoman Kertia. Sebanyak 90% penderita DM bertipe 2 (akibat pola hidup). Mereka menanggulangi kadar gula darah melambung dengan menerapkan pola hidup sehat, diet rendah gula, olahraga, dan meminum obat-obatan seperti metformin dan glibenklamid.
Parjono menderita DM tipe 2. Kegemarannya mengonsumsi teh manis dan minuman ringan yang mengandung pemanis buatan sejak usia 30 tahun menjadi pemicu utama. “Dalam sehari saya bisa menghabiskan 4-5 botol minuman berenergi,” ujar pria 64 tahun itu. Padahal ia termasuk orang dengan risiko tinggi mengidap penyakit kencing manis. Salah seorang kakak kandung Parjono juga menderita diabetes. “Seseorang yang memiliki riwayat keluarga diabetes berpeluang lebih besar 75% menderita penyakit sama dibanding seseorang tanpa riwayat keluarga diabetes,” ungkap dr Nyoman Kertia SpPD-KR.
Dokter spesialis penyakit dalam di rumahsakit Maguan Husada, Wonogiri, dr Sutarso SpPD menambahkan pemanis buatan dari gula sederhana langsung diserap tubuh tanpa melalui proses pemecahan. “Konsumsi gula sederhana yang tanpa disertai gerak tubuh aktif membuat kadar gula di dalam darah meningkat,” tuturnya. Gejala penderita diabetes ditandai dengan banyak minum (polidipsi), banyak berkemih (poliuri), dan banyak makan (polifagi). Pada penderita diabetes kadar gula darah yang tinggi dikeluarkan lewat urine sehingga jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak. Akibatnya penderita mengalami dehidrasi. Gula yang tidak masuk dalam jaringan menyebabkan jaringan kekurangan energi sehingga penderita mudah lapar.
Dokter Sutarso SpPD menuturkan membiarkan kadar gula darah tak terkendali dalam jangka panjang menyebabkan komplikasi dalam tubuh. Misal komplikasi makro seperti gangguan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan jantung, otak, dan sumbatan pembuluh darah di kaki. Sementara komplikasi mikro seperti gangguan penglihatan, ginjal, dan syaraf. “Darah yang mengandung kadar gula tinggi juga media empuk bagi kuman berkembang biak sehingga bila luka pasien diabetes cenderung sukar sembuh,” tuturnya.
Kipait
Dokter yang menangani Parjono memberikan obat penurun gula darah glibenklamid. Lima tahun lamanya Parjono menyandarkan kesembuhan pada glibenklamid. Namun, kondisi kesehatannya naik-turun. “Malahan suatu ketika tubuh saya terasa lemas selepas mengonsumsi obat itu,” katanya.
Menurut dr Sutarso SpPD penggunaan glibenklamid memang memiliki efek menurunkan gula darah lebih cepat. Konsumsi obat itu mesti di bawah pengawasan dokter. Diabetesi berusia lanjut kurang tepat bila diberikan glibenklamid sebab penderita dapat mengalami hipoglikemia (kadar gula darah di bawah normal). Hipoglikemia yang kerap berulang dapat menyebabkan gangguan otak dan jantung. “Efek samping glibenklamid berbeda pada setiap pasien. Oleh karena itu jika terdapat keluhan selama mengonsumsi obat segera konsultasikan ke dokter,” ujar Sutarso.
Pada awal 2007, seorang rekan menyarankan Parjono untuk mengonsumsi rebusan daun kipait Tithonia diversifolia. Selama sakit ia sempat mengonsumsi ramuan herbal dari salah seorang pengobat tradisional di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Memang ramuan itu bisa menurunkan gula darah, tetapi bahan ramuan sulit didapat. “Jadi saya jarang mengonsumsinya,” tuturnya. Saat gula darah melambung, lagi-lagi pilihannya jatuh pada obat kimia.
Kali ini ia tertarik untuk mencoba kipait lantaran tanaman kerabat krisan itu tumbuh di halaman rumah sang kakak. Parjono mengambil tiga lembar daun berukuran sedang, mencuci bersih lalu merebus dalam dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Air rebusan itu diminum setiap sore. Dua hari pascakonsumsi, Parjono biasanya mulai merasakan perbaikan kondisi tubuh. Rasa sakit di betis setiap kali kadar gula darah naik karena ia terlalu banyak mengonsumsi makanan manis misalnya segera hilang. Tubuh pun terasa lebih segar, tidak lemas.
Hasil pemeriksaan darah terakhir pada Agustus 2012, kadar gula darah Parjono 210 mg/dl. Ia terus mengonsumsi air rebusan kipait tanpa jeda setiap sore. Obat kimia yang diresepkan dokter tidak pernah ia sentuh lagi. Ia pun tak lagi risau lagi menikmati sepiring nasi atau menyeruput minuman manis. Ada air rebusan daun matahari meksiko menjadi penyeimbangnya.
Bukti ilmiah
Penelitian Guijun Zhao dan rekan dari School of Pharmacy, Second Military Medical University, China, mengungkap khasiat tithonia. Pemberian 10 mg/ml tiga jenis senyawa seskuiterpen,1β-hydroxydiversifolin-3-O-metil eter dan 1β-hydroxytirotundin-3-O-metil eter, yang diisolasi dari bagian aerial-semua bagian tanaman kecuali akar-Tithonia diversifolia terbukti mampu menurunkan kadar gula secara signifikan.
Riset lain oleh Toshihiro Miura dan rekan dari Departmenet of Clinical Nutrition, Suzuka University of Medical Science, Jepang, melaporkan hasil serupa. Mereka menguji ekstrak etanol nitobegiku-sebutan Tithonia diversifolia di Jepang-menggunakan pelarut etanol 80% pada tikus yang menderita DM 2. Bobot badan tikus 20-25 gram dengan kadar gula darah di atas 250 mg/dl.
Konsentrasi larutan esktrak etanol kipait yang digunakan masing-masing 100 mg/kg, 500 mg/kg, dan 1.500 mg/kg berat badan. Toshihiro juga menggunakan tikus kontrol yang hanya diberi perlakuan air destilasi 20 ml/kg berat badan sebagai pembanding.
Hasil uji menunjukkan kadar gula darah tikus yang diberi asupan ekstrak etanol kipait mengalami penurunan kadar gula secara signifikan. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan kadar gula darah semakin turun. Pada konsentrasi ekstrak etanol kipait 1.500 mg/kg mampu menurunkan kadar gula darah tikus yang semula 509±22 mg/dl menjadi 340±14 mg/dl 7 jam pasca perlakuan. Sedangkan pada tikus yang hanya diberi perlakuan air destilasi kadar gula darahnya tetap.
Selain daun, biji bunga kipait juga andal mengatasi diabetes. Penelitian Inya Agha dalam buku Phytopharmacology and theurapetic values III 2008 page 295-301 mengungkap ekstrak methanol biji bunga kipait mengandung sebanyak 21,4% glikosida, tanin, karbohidrat, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan gula-gula pereduksi. Hasil uji Inya menunjukkan semakin tinggi konsentrasi larutan, kadar gula darah semakin cepat turun. Nilai LD50 (Lethal Dose 50) sebesar 5.477,23 mg/kg berat badan. LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diuji.
Tidak populer
Menurut informasi yang dihimpun dari buku PROSEA Plant Resource of South East Asian kipait berasal dari daratan Meksiko dan Amerika Tengah. Tanaman keluarga Asteraceae itu tumbuh pada ketinggian tempat 0-1.500 m di atas permukaan laut (m dpl). Kipait dikenal dengan nama matahari meksiko karena bentuk bunganya menyerupai bunga matahari Helianthus annuus; tapi berukuran lebih kecil.
Masyarakat memanfaatkan kipait sebagai tanaman pagar dan memanfaatkan daunnya untuk kompos. Di areal perkebunan teh, kipait berjasa menjaga erosi tanah dan memecah angin sehingga tanaman teh terlindungi. Masyarakat Jawa menyebutnya kembang mbulan. Mereka memanfaatkan bunga kembang mbulan untuk mengobati luka atau memar. Di tanah Sunda kipait lebih dikenal dengan nama srengenge leutik.
Di kalangan herbalis, kipait jarang digunakan dalam ramuan herbal sebab ketersediaannya terbatas. Kipait lebih dikenal sebagai tanaman liar, hampir tidak ada masyarakat yang sengaja membudidayakannya. Untuk mengatasi masalah gangguan gula darah, herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana, lebih sering menyarankan konsumsi air rebusan dandang gendis Clinacanthus nutans. Menurut Lina kipait baik digunakan untuk membersihkan racun dalam darah seperti endapan gula penyebab diabetes, endapan lemak penyebab kolesterol, jerawat, dan bisul.
Marigold itu justru begitu dikenal sebagai herbal mengatasi beragam penyakit di Taiwan dan Nigeria. Di Taiwan, masyarakat memanfaatkan kipait sebagai herbal antidiabetes dan antivirus. Sedangkan di Kenya kipait dipakai untuk mengatasi gangguan pencernaan.
Sementara di Nigeria, penduduk setempat memanfaatkan tanaman anggota keluarga Asteraceae itu untuk obat malaria, liver, dan radang tenggorokan. Penelitian TO Elufioye dan JM Agbedahunsi dari Drug Research and Production Unit, Faculty of Pharmacy, Obafemi Awolowo University, Nigeria, membuktikan pemberian 200 mg/kg ekstrak etanol bagian aerial kipait mampu menekan perkembangan parasit akibat infeksi malaria pada tikus albino.
Sementara Lien Chai Chiang dan rekan dari Department of Microbiology, College of Medicine, College of Pharmacy, Kaohsiung Medical University, Taiwan mengungkap ekstrak air kipait mampu menekan perkembangan Herpes Simplex Virus HSV-1 dan HSV-2 dengan nilai IC50 100 mg/ml. IC50 adalah kadar konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan virus sebesar 50%. Semakin rendah konsentrasi suatu zat semakin tinggi daya bunuhnya pada virus. Parjono di Yogyakarta merasakan khasiatnya untuk mengatur gula darah. (Andari Titisari/Peliput: Bondan Setiawan)
Keterangan Foto :
  1. Air rebusan daun kipait andal kendalikan gula darah
  2. Kipait kerap menjadi tanaman pagar di perkebunan teh
  3. Bunga matahari meksiko Tithonia diversifolia memiliki bentuk dan warna mirip bunga matahari Helianthus annuus
  4. “Tingginya kadar gula darah di dalam tubuh karena kurangnya hormon insulin yang disebabkan oleh dua hal. Pertama kerusakan pankreas, kedua sel darah kurang peka menyerap insulin dari pankreas,” tutur dr Nyoman Kertia SpPD-KR
  5. “Kipait jarang digunakan untuk herbal,” tutur Lina Mardiana
  6. Parjono mengendalikan kadar gula darah dengan mengonsumsi air rebusan daun kipait
  7. Konsumsi makanan mengandung kadar gula tinggi tanpa diimbangi olahraga memicu diabetes

No comments:

Post a Comment