Monday, December 24, 2012

Negeri Berlimpah Herbal

Kipait Tithonia diversifolia lebih banyak dikenal sebagai bahan insektisida nabati. Di balik keampuhannya memberantas hama, pahitan juga ampuh membantu mengendalikan kadar gula darahIndonesia kaya tanaman obat. Tanaman untuk racun ikan dan pembasmi hama pun ternyata dapat membantu mengatasi penyakit.
Inilah yang Abutiyus lakukan saat menderita diare yang menyebabkan feses berdarah. Ia memetik satu buah kemenai Croton triglium yang tumbuh di halaman rumahnya di Desa Temula, Kecamatan Nyuwatan, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Warga suku Dayak Benuaq itu mengupas buah, lalu mengambil sebutir biji. Ia menumbuk biji hingga halus, kemudian menyantapnya menggunakan sendok sekali sehari. “Biji kemenai tumbuk itu rasanya pedas,” kata pria kelahiran 17 Juni 1936 itu. Namun, rasa pedas itu yang ia yakini berefek menyembuhkan diare. Efek penyembuhan biasanya terasa setelah 2 hari mengonsumsi.
Mengonsumsi biji kemenai sebetulnya ibarat mempertaruhkan nyawa. Masyarakat suku Dayak Benuaq juga kerap menggunakan buah kemenai untuk racun ikan. Yuningsih dan Damayanti R, peneliti dari Balai Besar Penelitian Veteriner di Bogor, Jawa Barat, dalam penelitiannya yang diterbitkan pada jurnal Berita Biologi pada 2007 menyebutkan, tanaman kamalakian-sebutan kemenai dalam Bahasa Sunda-itu pernah membunuh seekor gajah di Bengkulu pada 2006. Hewan bertubuh tambun itu meregang nyawa akibat pendarahan di usus.
Turun-temurun
Hasil pemeriksaan sampel isi lambung gajah itu mengandung phorbol 13-decanoate atau phorbol ester, salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam biji kemenai. Senyawa phorbol ester yang paling tinggi konsentrasinya adalah phorbol 12 tiglate-decanoate. Senyawa itu biasanya terdapat dalam bentuk minyak dan dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati.
Kebiasaan Abutiyus mengobati diare yang tak lazim itu bukanlah aksi coba-coba. “Dalam masyarakat tradisional pengetahuan tentang pengobatan alam itu biasanya diwariskan secara turun-temurun,” ujar ahli etnobiologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuian Indonesia (LIPI), Dr Ir Yohanes Purwanto. Buktinya masyarakat suku Dayak Benuaq yang tinggal di luar Kecamatan Nyuwatan juga memiliki pengetahuan yang sama tentang khasiat kemenai sebagai obat.
Contohnya warga suku Dayak Benuaq di Kecamatan Muaralawa, seperti dilaporkan Dr Medi Hendra SSi MSi dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Mulawarman, dalam disertasinya. Warga di sana juga kerap memanfaatkan pucuk dan akar kemenai untuk mengobati gatal-gatal, sakit gigi, sakit telinga, dan sakit lutut. Nasib mereka tak berujung seperti gajah yang meregang nyawa.
Menurut Yohanes Purwanto kebiasaan warga Dayak Benuaq itu lahir dari proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan tempat mereka tinggal. Ketika sakit, mereka memanfaatkan aneka jenis tanaman yang lebih mudah dijumpai di sekitar mereka. Dari berbagai pengalaman empiris tentang kesembuhan, maka lahirlah pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman yang berkhasiat obat. Mereka lalu mewariskan pengetahuan itu secara turun-temurun. Hasil penelitian Medi Hendra setidaknya ada 240 spesies tanaman obat yang kerap digunakan suku Dayak Benuaq untuk mengobati berbagai penyakit.
Pestisida alami
Kisah menggapai kesembuhan yang tak lazim seperti Abutiyus juga dialami Parjono. Untuk mengatasi penyakit diabetes tipe 2, pria asal Yogyakarta itu menyandarkan kesembuhan pada tanaman kipait Tithonia diversifolia yang banyak tumbuh di kediaman kakaknya. Ia rutin merebus tiga lembar daun berukuran sedang dalam dua gelas air hingga tersisa satu gelas. Ia mengonsumsi air rebusan setiap sore.
Para herbalis hampir tidak pernah meresepkan kipait untuk membantu menyembuhkan penyakit. “Di Batu paitan lebih populer sebagai insektisida alami,” tutur herbalis di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Wahyu Suprapto. Faedah bunga matahari meksiko-sebutan lainnya-sebagai penghalau hama sudah terbukti secara ilmiah. Hasil penelitian Muhammad Taofik, mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, menunjukkan larutan ekstrak daun pahitan dengan konsentrasi 2,2922 ppm dapat mematikan lebih dari separuh hama tungau dari famili Eriophyidae hanya dalam waktu 72 jam. Tungau itu kerap menyerang pucuk teh.
Nasib takokak pun setali tiga uang. Tak ada yang menyangka bila sayuran yang kini mulai asing dikonsumsi itu ternyata mampu membantu mengatasi keluhan mata minus. Begitu pun beras hitam yang baru populer dua tahun belakangan ini. Beras yang kaya antioksidan itu ternyata ampuh mengatasi lemah jantung yang mematikan.
Munculnya tanaman yang tak diduga berkhasiat terhadap kesehatan itu menjadi bukti keanekaragaman tanaman obat di tanahair. Herny Emma Inonta Simbala, pengajar Jurusan Biologi Universitas Sam Ratulangi menyebutkan dalam disertasinya, Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tanaman. Dari jumlah itu 7.000 spesies di antaranya merupakan tanaman obat atau 90% dari jumlah tanaman obat yang tumbuh di kawasan Asia. “Tinggal kemauan kita untuk membuktikan khasiatnya secara ilmiah,” tutur Yohanes. Pengalaman empiris seperti yang dilakoni Abutiyus bisa menjadi jalan pembuka. (Imam Wiguna)
Keterangan Foto :
  1. Kipait Tithonia diversifolia lebih banyak dikenal sebagai bahan insektisida nabati. Di balik keampuhannya memberantas hama, pahitan juga ampuh membantu mengendalikan kadar gula darah
  2. Abutiyus, warga suku Dayak Benuaq, mengonsumsi biji kemenai Croton triglium untuk mengatasi diare akut
  3. Kemenai Croton trigilum kerap dimanfaatkan suku Dayak Benuaq untuk meracun ikan
  4. Hutan menyimpan kekayaan berupa aneka jenis tanaman yang juga berkhasiat obat

No comments:

Post a Comment