Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia
Sapi Bali
Sapi Bali adalah Banteng (Bos Sondaicos)
yang telah mengalami domistikasi (penjinakkan). Terdapat di Indonesia
di Pulau Bali, yang dibudidayakan secara alami. Merupakan sapi tipe
dwiguna (pedaging dan pekerja). Sapi Bali mempunyai bentuk dan
tanda-tanda yang sama dengan Banteng, hanya ukurannya lebih kecil akibat
proses domistikasi. Tinggi sapi dewasa mencapai 130 cm, berat badan
antara 300-400 kg, Jantan kebiri dapat mencapai 450 kg.
Sapi Bali
memiliki warana bulu yang khas. Pedet (anak sapi atau sapi yang belum
dewasa) warna bulunya merah sawo matang atau merah bata. Pada sapi
dewasa betina warna akan tetap, tetapi untuk yang jantan berubah menjadi
kehitam-hitaman.
Terdapat warna
putih pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada keempat kakinya, mulai
dari sendi tarsus dan carpus kebawah sampai kuku, pada bagian pelvis
dengan batas yang nampak jelas karena dibatasi oleh pertemuan bulu yang
mengarah ke dalam dan ke luar, pada bibir bawah, tepi daun telinga dan
bagian dalam daun telinga. Pada bagian punggung mempunyai garis
hitam(garis belut). Tanduk yang jantan tumbuh agak di bagian luar
kepala, mengarah ke latero-dorsal, terus membelok dorso cranial, sedang
yang betina agak dibagian dalam dari kepala, mengarah ke latero-dorsal
menuju dorso medial.
Sapi Madura
Sapi Madura merupakan hasil persilangan Bos Indicus (Zebu) dengan Bos Sondaicus
(Banteng). Pada tubuhnya dijumpai tanda-tanda sebagai warisan dari
kedua golongan sapi tersebut. Sapi Madura merupakan sapi tipe dwiguna
(pedaging dan pekerja).
Sapi jantan
memiliki tubuh bagian depan lebih teguh daripada tubuh bagian belakang,
sedikit berpunuk yang betina tidak berpunuki. Warna baik jantan maupun
yang betina adalah merah bata. Tanduk melengkung setengah bulan dengan
ujungnya menuju ke arah depan. Berat badan maksimum dapat mencapai 350
kg dengan tinggi rata-rata 118 cm.
Sapi Ongole dan Peranakan Ongole (PO)
Bangsa sapi ini
berasal dari India dan termasuk golongan Zebu atau sapi berponok.
Diternakan secara murni di P. Sumba, sehingga terkenal dengan sebutan SO
(Sumba Ongole). Sering orang bilang, Limosin. Sapi ongole
merupakan jenis sapi tipe kerja yang sangat baik, tenaganya kuat ukuran
tubuhnya besar, tahan lapar dan haus serta memiliki memiliki toleransi
makanan yang sederhana.
Sapi ongole
memiliki punuk besar dan berglambir (lipatan-lipatan kulit yang terdapat
dibagian bawah leher dan perut). Telinganya panjang dan menggantung.
Kepala relatif pendek dengan profil melengkung, mata besar dan tenang.
Kulit disekitar lobang mata selebar + 1 cm, berwarna hitam, tanduk
pendek, kadang-kadang hanya bungkul kecil saja. Tanduk sapi betina lebih
panjang dari pada sapi jantan.
Sapi Peranakan
Ongole (PO) adalah hasil perkawinan antara sapi ongole dengan sapi Jawa.
Sapi ini adalah jenis pekerja yang baik. Tenaga besar, ukuran tubuh
besar, sifat sabar, tahan terhadap panas lapar dan haus, serta mampu
mengkonsumsi pakan berkualitas rendah. Sifat dan daya reproduksi sapi PO
betina lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bali dan madura.
a. Warna
Warna bulu
bervariasi dari putih sampai putih kelabu dengan campuran kuning oranxe
keabuan. Pada sapi jantan bagian leher, punuk sampai kepala berwarna
putih keabuan, sedangkan pada anak yang baru lahir berwarna coklat dan
berubah menjadi putih kelabu.
b. Bentuk
Bentuk tanduk
pada jantan lebih pendek dibandingkan betina, memiliki punuk bulat,
besar dan bergelambir lebar tergantung mulai leher melalui perut hingga
ambing atau skrotum. Tinggi sapi jantan mencapai 150 cm dengan bobot 600
kg, sedangkan sapi betina mencapai 135 cm dengan bobot badan 450 kg
dengan PBBH mencapai 0,47-0,81
c. Keunggulan Sapi Ongole
- Bobot badan besar, sehingga jumlah daging yang dihasilkan lebih besar.
- Mampu bertahan pada suhu tinggi (40 0 C) dengan kondisi pakan yang berkualitas rendah.
- Betina kawin pertama umur 18 bulan, beranak pertama umur 30 bulan, jantan kawin pertama umur 30-36 bulan.
Sapi Brahman
Sapi ini
termasuk golongan sapi Zebu yang berkembang di Amerika yang beriklim
panas. Sap Brahman memiliki karakteristik ponok besar dan kulit yang
longgar dengan lipatan kulit dibawah leher dan perut yang lebar, telinga
menggantung. Warna kulit umumnya abu-abu, tetapi ada juga yang merah.
Tidak bertanduk dan hanya berupa bungkul, kepala relatif pendek dengan
profil melengkung, dengan kaki panjang dan kokoh.
Tinggi sapi
jantan 121-128 cm dan betina 116-123 cm. Sapi ini memiliki mutu genetik
dan daya reproduksi yang paling baik dibandingan sapi lokal.
Keunggulan dari
sapi Brahman antara lain pertambahan berat badan relatif cepat,
prosentase karkas besar, serta merupakan sapi potong tipe dwiguna yang
mampu berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang tidak
menguntungkan. Tahan terhadap gigitan caplak dan nyamuk. Resisten
terhadap demam texas dan dapat beradaptasi terhadap makanan yang jdlek.
Merupakan tipe potong dari daerah tropis yang terbaik.
Sapi Aberden Angus
Sapi ini merupakan sapi tipe potong keturunan Bos Taurus
yang berasal daratan Scotlandia Utara. Sapi Aberden Angus memiliki
karakteristik kulit berwarna hitam, tidak bertanduk, tubuh rata, lebar
dan dalam, seperto balok, padat dengan urat daging yang baik. Berat
badan betina dewasa mencapai 1600 pounds sedang jantan dewasa 2000
pounds.
Tabel 1. Ukuran Linier Badan Sapi
Uraian Bali Ongole PO Madura
Panjang Badan (cm) 132,6 136,9 131,3 127,3
Lingkar Dada (cm) 185,2 183,3 162,3 158,8
Berat Hidup (Kg) 352,4 368,3 302,6 258,3
Berat Karkas (Kg) 197,1 179,9 136,2 121,9
Tabel 2. Rata-rata tertimbang bagian tubuh hasil pemotongan sapi
Uraian Bali Ongole : PO Madura
Berat Kepala (Kg) 15,1 19,6 15,2 15,1
Berat Kulit (Kg) 30,4 26,8 18,4 16,0
Berat Kaki (Kg) 6,1 7,5 5,8 5,1
Berat ekor (Kg) 1,9 2,9 2,3 2,9
Berat jeroan (Kg) 15,9 26,0 15,5 14,6
sumber : epetani dot net
dari sumber lain, berikut Informasi tentang Jenis-jenis Sapi Lain yang direlease sudah diternakkan di Indonesia :
1. Sapi LIMOUSIN (Diamond Limousine)
Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine (termasuk Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental.
Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari
wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume
rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar
kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat,
sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur.
Sapi jenis limousin ini merupakan salah satu yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya. Sapi lainnya yang juga merajai pasar-pasar sapi adalah Sapi PO dan Sapi Bali. |
2. Sapi PO (Peranakan Ongole)
Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi
Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi
pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba
Ongole (SO).
Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna
hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar
menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat
badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg.
Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg.
Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah
banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering
diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan
gelambir.
Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi PO terkenal sebagai
sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi
terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan
aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak,
jantannya memiliki kualitas semen yang baik.
Keunggulan sapi PO ini antara lain :
Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan
relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; Prosentase
karkas dan kualitas daging baik. |
3. Sapi BALI
Sapi
Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil penjinakan
(domestikasi) banteng liar yang telah dilakukan sejak akhir abad ke 19
di Bali, sehingga sapi jenis ini dinamakan Sapi Bali.
Sebagai "mantan" keturunan banteng, sapi Bali memiliki warna dan
bentuk persis seperti banteng. Kaki sapi Bali jantan dan betina berwarna
putih dan terdapat telau, yaitu bulu putih di bagian pantat dan bulu
hitam di sepanjang punggungnya. Sapi Bali tidak berpunuk, badannya montok, dan dadanya dalam.
Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan
pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi
badannya 130 sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk dan berbulu
warna merah bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan dengan
sapi Bali jantan, sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat
badannya sekitar 250 hingga 350 kg.
Sewaktu lahir, baik sapi Bali jantan maupun betina berwarna merah
bata. Setelah dewasa, warna bulu sapi Bali jantan berubah menjadi hitam
karena pengaruh hormon testosteron. Karena itu, bila sapi Bali jantan
dikebiri, warna bulunya yang hitam akan berubah menjadi merah bata.
Keunggulan sapi Bali ini antara
lain : Daya tahan terhadap panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik walau
pun dengan pakan yang jelek; Prosentase karkas tinggi dan kualitas
daging baik; Reproduksi dapat beranak setiap tahun. |
4. Sapi BRAHMAN
Sapi
Brahman adalah keturunan sapi Zebu atau Boss Indiscuss. Aslinya berasal
dari India kemudian masuk ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1849 dan
berkembang pesat disana. Di Amerika Serikat, sapi Brahman ini
dikembangkan, diseleksi dan ditingkatkan mutu genetiknya. Setelah
berhasil, jenis sapi ini diekspor ke berbagai negara. Dari AS, sapi
Brahman menyebar ke Australia dan kemudian masuk ke Indonesia pada tahun
1974.
Sapi Brahman relatif tahan terhadap penyakit dan mempunyai variasi
wana kulit yang beragam dari yang berwarna putih, coklat sampai yang
kehitaman, Brahman memiliki kualitas karkas yang bagus.
Ciri khas sapi Brahman adalah berpunuk besar dan berkulit longgar,
gelambir dibawah leher sampai perut lebar dengan banyak lipatan-lipatan.
Telinga panjang menggantung dan berujung runcing. Sapi ini adalah tipe
sapi potong terbaik untuk dikembangkan.
Persentase karkasnya 45-50%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu
selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan
tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun.
Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk
serta tahan panas. |
5. Sapi BX (Brahman cross)
Sapi BX (Brahman Cross), adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan sapi Brahmanyang dikembangkan di Amerika dan Australia dan disilangkan
dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa
Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi Limousin. Hasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi.
Model yang diterapkan dalam pelaksanaan
pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan ternak sapi yang
memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan
terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau.
Oleh karena itu, sapi ini cocok dikembangkan di Indonesia yang beriklim tropis.
Warna kulit sapi ini sangat bervariasi antara lain putih abu-abu, hitam, coklat, merah, kuning, bahkan loreng seperti harimau. Pasar
tradisional tertentu masih ada yang "fanatik" dengan warna kulit,
sehingga dengan banyaknya variasi warna kulit sapi ini bisa memenuhi
selera tiap-tiap pasar yang cenderung masih spesifik.
Sapi Brahman Cross mulai diimport Indonesia (Sulawesi) dari Australia
pada tahun 1973. Pada tahun 1975, sapi Brahman cross didatangkan ke
pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaiki mutu genetik sapi
Ongole di pulau Sumba. Import`si Brahman cross dari Australia untuk UPT
perbibitan (BPTU Sumbawa) dilakukan pada tahun 2000 dan 2001 dalam
rangka revitalisasi UPT. Penyebaran di Indonesia dilakukan secara
besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka mendukung program percepatan
pencapaian swasembada daging sapi.
Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan kandang yang sesuai
dan pakan yang berkualitas serta iklim yang menunjang, sapi ini sangat
bagus pertumbuhannya. Average Daily Gain (ADG) Brahman Cross berkisar
antara 1,0 - 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2
kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal terutama PO (Peranakan Ongole)
yang ADG nya hanya berkisar 0,4 - 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih
menguntungkan untuk fattening (penggemukan).
Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung kondisi
sapi saat timbang hidup dan performance tiap individunya. Pemeliharaan
ideal untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina,
sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat dan akan terjadi perlemakan dalam daging (marbling) yang hal ini di pasar lokal (RPH) tradisional kurang disukai oleh customer.
Dari berbagai keunggulan tersebut di atas, dewasa ini di Indonesia
terutama di wilayah Jawa Barat dan Sumatera banyak bermunculan Feedlot
yang secara intensif menggemukan sapi Jenis Brahman Cross ini. |
6. Sapi SIMMENTAL (METAL)
Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi Brahman.
Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme
di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di
benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi
ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.
Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang
betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi
potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe
besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan
menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan
metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan
yang lebih teratur. |
7. Sapi MADURA
Sapi Madura adalah
salah satu sapi potong lokal yang asli Indonesia, pada awalnya banyak
didapatkan di Pulau Madura, namun sekarang sudah menyebar ke seluruh
Jawa Timur.
Sapi Madura pada mulanya terbentuk dari
persilangan antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu, yang
secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas dan
lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak.
Karakteristik sapi Madura sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya
kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak kekuningan
tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan
peralihan yang kurang jelas; bertanduk khas dan jantannya bergumba
Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura adalah : Jantan maupun betinanya
sama-sama berwarna merah bata; Paha belakang berwarna putih; Kaki depan
berwarna merah muda; Tanduk pendek beragam, pada betina kecil dan pendek
berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm; Panjang
badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan antara lain
mudah dipelihara; Mudah berbiak dimana saja; Tahan terhadap berbagai
penyakit; Tahan terhadap pakan kualitas rendah. Dengan keunggulan tersebut, Sapi Madura banyak diminati oleh para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain. Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain.
Sapi dalam kehidupan masyarakat Madura, bukan hanya mempunyai tempat
khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa
pengaruh terhadap tradisi budaya yang memberikan efek positip terhadap
kelestarian Sapi Madura ini. Sapi Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai "Sapi Kerapan" yang menjadi salah satu aset pariwisata penting di Pulau Madura. |
8. Sapi BRANGUS
Sapi Brangus ini adalah persilangan betina Brahman dan pejantan Aberden Angus. Sapi Brangus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
Ciri-ciri sapi Brangus antara lain warna hitam, leher dan telinga
pendek, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki kuat dan kokoh,
komposisi darah 5/8 Angus dan 3/8 Brahman.
Keunggulan sapi Brangus antara lain tubuh besar dan kompak,
pertumbuhannya cepat, berat badan dewasa di atas 900 kg, tahan terhadap
iklim tropis dan pakannya sederhana.
|
9. Sapi ABERDEEN ANGUS
Sapi Aberdeen Angus ini masuk di Indonesia melalui Selandia Baru, tapi awal mulanya berasal dari Skotlandia.
Ciri-ciri sapi Aberdeen Angus antara lain warna hitam, leher dan
telinga pendek, penuh bulu, punggung lurus, badan kompak dan padat, kaki
kuat dan kokoh.
Keunggulan sapi Aberdeen Angus antara lain tubuh besar dan kompak,
pertumbuhannya badan cepat, berat badan dewasa di atas 900 kg, tahan
terhadap iklim dan pakan tropis.
|
10. Sapi ANGUS
Sapi
Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat
bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan
keturunan dari sapi Brahman.
Sapi Angus ini masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru.
Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak
yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan yang sangat
bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya. Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
|
11. Sapi SANTA GERTRUDIS
Sapi Santa Gertrudis ini adalah hasil persilangan antara pejantan Brahman dan betina shorthorn yang di kembangkan pertama kali di King Ranch Texas Amerika serikat tahun 1943.
Sapi Santa Gertrudis ini masuk Indonesia mulai tahun 1973, bobot
jantan dewasa di atas 900 kg dan betina di atas 725 kg. Sapi ini juga
merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
|
12. Sapi DROUGHMASTER
Sapi Droughmaster merupakan persilangan antara betina Brahman dan pejantan Shorthorn, dikembangkan di Australia dan jarang sekali kita jumpai di Indonesia.
Sapi Droughmaster ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
|
13. Sapi SHORTHORN
Sapi Shorthorm ini dikembangkan di negara Inggris bagian utara. Bobot jantan dewasa di atas 1100 kg sedangkan bobot betina di atas 850 kg.
Sapi Shorthorm berwarna merah coklat tua, putih, merah coklat tua dan
putih. Mempunyai bentuk puting susu yang baik dan produksi susunya pun
baik. Anaknya kecil, namun akan tumbuh dengan cepat besar. Kualitas
dagingnya baik.
Sapi ini sebenarnya sebagai sapi perah. Di eksport dari Inggris ke
Amerika pertama kali pada tahun 1780. Disebut juga sebagai sapi jenis
DURHAM.
|
14. Sapi BEEFMASTER
Sapi Beefmaster merupakan persilangan antara sapi Brahman, sapi Hereford, dan sapi Shorthorn yang dikembangkan pertama kali oleh Mr. Lasater.
Kombinasi antara ketiga sapi tersebut menghasilkan sapi yang superior. Sapi Beer Master ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross).
|
15. Sapi RED ANGUS
Sapi Red Angus tidak bertanduk, sangat mudah berkembang biak, dan cepat dewasa. Kualitas dagingnya sangat baik.
Sapi Red Angus merupakan hasil kawin silang antara sapi asli di Aberdeenshire (Inggris) dengan sapi asli dari Angus (Skotlandia). Pertama di eksport ke benua lain tahun 1873.
|
16. Sapi CHAROLAIS
Sapi Charolais ini dikembangkan di negara Perancis, warna bulu perak dan merupakan jenis paling besar di negara tersebut, sapi ini jarang di jumpai di pasar-pasar tradisional.
Pertumbuhan badan sapi Charolais per hari mampu mencapai 1,3 kg (pada saat masa pertumbuhan).
|
17. Sapi FH (Friesian Holstein/Fries Holland)
Sapi Fresian (Fries) ini merupakan sapi penghasil susu paling utama di dunia. Sapi ini mempunyai produktivitas yang sangat baik.
Warna kulitnya hitam putih dengan batas jelas, ujung ekornya putih.
Bila adat warna hitam di bawah tardus, tidak boleh dipotong sampai atas.
|
Belum ada tanggapan untuk "Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia"
Post a Comment