Tuesday, March 22, 2016

Kemristek Dikti dan BATAN Kembangkan Padi Mugibat Hasil Iradiasi Nuklir


Jakarta - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M. Nasir ingin agar petani menanam padi Mutasi Unggul Iradiasi Batan (Mugibat). Padi ini adalah hasil kerja sama Kemristek Dikti dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Sejak 2012, bibit padi hasil iradisi nuklir ini tersebar di 24 kabupaten/kota se-Indonesia.

Namun, beberapa daerah kerap mengalami kelangkaan bibit padi mugibat ini. Ia menginginkan adanya penangkaran bibit tersebut di daerah-daerah.

"Jadi, hasil penangkaran bibit yang sekarang ada di Batan bisa disebarkan ke daerah. Nantinya, pusat penangkaran berada di bawah Dinas Pertanian di daerah," ucap M Nasir saat Panen Raya Varietas Padi Mugibat dan IB Sexing PO Kebumen di Kebumen, Jawa Tengah, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin (21/3/2016).

Kemristek Dikti juga akan terus mendorong kepala daerah untuk bisa mengalokasikan anggaran subsidi bibit padi mugibat. Sehingga petani memperoleh kemudahan dalam memanfaatkan varietas padi hasil teknologi nuklir.

Ia mengasumsikan, subsidi untuk 1 hektare sebesar Rp 10-12 juta. Jumlah itu dinilai masih dalam batas kesanggupan Pemda mendanai subsidi hingga 10 hektare atau senilai Rp 120 juta.

"Kami akan dorong ke arah sana, supaya petani semakin sejahtera. Sekaligus memenuhi kebutuhan padi di Indonesia agar harapan swasembada beras bisa terpenuhi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, kadar radiasi nuklir yang dipakai tergolong aman untuk pangan. Dan dalam pengembangan varietas padi Cimelati sebagai indukan sangat rendah.

"Kita pakai sinar gamma dengan kadar yang sudah diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Di negara lain seperti Rusia dan Amerika sudah dilakukan dan aman," tutur Djarot.

Berkat teknologi iradiasi, lanjutnya, varietas padi Mugibat memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya batang yang semakin kokoh dan tahan rebah, tahan hama serta mampu menghasilkan produktivitas hingga 11 ton perhektare.

Padahal, sebelumnya varietas padi cimelati dalam sekali panen hanya mampu 8-9 ton perhektare. Sementara potensi luasan sawah yang ada di Kebumen hampir 40 hektare.

"Tantangan ke depan, sering ditemui benih yang bukan asli Mugibat. Kita harapkan kerja sama Pemda dan Dinas setempat mengatasi hal itu," tutur dia.

Menanggapi hal tersebut, Bupati Kebumen M Yahya Fuad mengaku akan membicarakan hal tersebut dengan dinas terkait dan akan terus meningkatkan pengembangan varietas mugibat. Yahya Fuad mengaku bahwa selama ini produksi padi di Kebumen rata-rata hanya 200 ribu ton gabah kering pertahun. Dengan memanfaatkan padi mugibat, selain meningkatkan produktivitas juga memiliki nilai tambah.

"Inovasi teknologi dengan riset diyakini bisa lebih cepat menyejahterakan masyarakat, terutama para petani yang hidup di bawah garis kemiskinan," ujar Yahya Fuad.

Sumber: Detik.com

No comments:

Post a Comment