
"Jadi, inilah untuk pertama kalinya dipertemukan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan sawit, untuk duduk bersama membahas tema pengembangan perkebunan kelapa sawit versus konservasi kehidupan liar, baik yang pro, kontra, termasuk dari pemerintah, dan perguruan tinggi," kata ketua panitia seminar nasional tersebut Dr Ir Yanto Santosa, DEA di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Senin petang.
Dalam penjelasan yang disampaikan bersama Dekan Fahutan IPB Prof Bambang Hero Saharjo, M.Agr, Kepala Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) IPB Prof Sambas Basuni, MS, serta Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB Prof Iskandar Zulkarnaen Siregar, M.For.Sc, ia mengatakan bahwa seminar yang akan diadakan pada 5-6 Oktober 2011 itu akan diselenggarakan di IPB International Convention Center (IICC) Bogor.
Menurut dia, dengan menghadirkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan sawit, termasuk LSM asing seperti Greenpace Indonesia, Saiwtwatc, WWF, wakil pemerintah, peneliti dan perguruan tinggi, kelompok pengusawa sawit (GAPPKI, SMART, Astra Agro Lestari), perhimpunan ahli dan pemerhati primata Indonesia (PERHAAPI), Indonesia Elelhant Spesies Group, serta pemerintah, diharapkan seminar nasional itu dapat menjadi wahana bagi semua pihak.
"Yakni untuk meletakkan 'plat form' strategi pembangunan kelapa sawit berkelanjutan (sustainable palm oil industry), yang terintegrasi dengan upaya konservasi keanekaragaman hidupan liar, sehingga tercipta sinergi antara kepentingan ekonomi dan ekologi," kata doktor lulusan Universite Paul Sabastier, Prancis, yang menjabat Kepala Laboratorium Ekologi Satwaliar IPB itu.
Ia menambahkan, sebagai pembicara kunci dalam seminar itu adalah Menteri Kehutanan dan Menteri Pertanian dan Menteri Lingkungan Hidup, untuk memberikan gambaran bagaimana kebijakan pemerintah mengenai sawit dan permasalahannya.
Dikemukakannya bahwa selama bertahun-tahun sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian Indoensia dan merupakan salah satu komoditas andalan dalam menghasilkan devisa negara, yakni mencapai 8,87 miliar dolar AS pada tahun 2001, yang meningkat 12,39 miliar dolar AS tahun 2008.
"Saat ini Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar dunia setelah menggeser dominasi Malaysia sejak tahun 2006," katanya.
Selain itu, kata dia, perkebunan dan industri kelapa sawit juga telah memberikan kontribusi signifikan dalam perluasan lapangan kerja, penyediaan bahan baku untuk industri hilir dan pengembangan wilayah.
Di lain pihak, kata dia, sebagaimana tertuang dalam buku "Agenda 21 Indonesia" dan temuan beberapa LSM, pertumbuhan perkebunan dan industri kelapa sawit diduga telah menjadi salah satu ancaman terhadap kelestarian keanekaragaman hidupan liar hutan tropis Indonesia.
Hal itu, katanya, terjadi karena pengembangan areal perkebunan kelapa sawit dilakukan pada kawasan hutan konservasi yang seringkali masih berhutan.
Pada tahun 2004, katanya, Kementerian Kehutanan telah melakukan pelepasan kawasan hutan seluas 15,9 juta hekatre untuk perkebunan kelapa sawit, di mana hanya 5,5 juta hektare yang ditanami.
Sedangkan WALHI memperkirakan pada tahun 2006, seluas 16,8 juta hektare hutan telah dilepaskan untuk perkebunan kelapa sawit, dan hanya 6,7 hektare yang ditanami dan meninggalkan sisa kawasan hutan lainnya dalam kondisi rusak setelah diambil kayunya.
Polemik Terbuka
Menurut Yanto Santosa, kondisi dilematis tersebut seringkali menjadi polemik terbuka di media massa yang dikhawatirkan akan berdampak negatif.
"Tidak saja (negatif) bagi masa depan perkebunan dan industri kelapa sawit, tapi juga kelestarian keanekaregaman hidupan liar hutan tropika Indonesia," katanya.
Merujuk pada kondisi itulah, kata dia, mendorong DKSHE Fakultas Kehutanan IPB, selaku institusi dengan kompetensi konservasi
sumberdaya hutan, untuk mempertemukan semua pemangku kepentingan dimaksud, melalui seminar nasional dengan tema "Pengembangan
Perkebunan Kelapa Sawit versus Konservasi Hidupan Liar: Menciptakan Sinergi Kepentingan Ekonomi dan Ekologi Dalam Pengelolaan Yang Berkelanjutan" itu.
Tujuannya, adalah mengidentifikasi dan merumuskan penanggulangan dampak negatif pembukaan kelapa sawit terhadap kelestarian hidupan liar Indonesia, dan menyusun strategi/kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit berwawasan konservasi hidupan liar.
Sedangkan manfaat yang diharapkan, kata dia, adalah dihasilkannya sebuah rumusan kebijakan konservasi hidupan liar dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit.
Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB Prof Iskandar Zulkarnaen Siregar menambahkan, melalui seminar itu IPB juga akan menyampaikan riset-riset yang berkaitan dengan tema dimaksud.
Bahkan, kata dia, telah dilakukan rencana kerja sama dengan Universitas Goettingen, Jerman untuk skema riset, yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
Andi Jauhari
Terimaksih banyak informasinya pak salam kenal aja.
ReplyDeleteSalam Kenal Dan salam sukses
ReplyDeleteBErmanfaat sekali informasinya
ReplyDeleteDitunggu artikel barunya makasih
ReplyDeleteInformasinya menarik sekali terimaksih
ReplyDelete