Saturday, September 15, 2012

Penyakit Keriting Pada Cabe (Bag 3)

“Bule” Merajalela

img_1437.jpg
Kalau anda kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar kab. Magelang Jawa Tengah jangan kaget bila melihat tanaman cabai yang berdaun kuning terutama di bagian pucuknya. “Bule” begitu masyarakat daerah situ menyebutnya. Nggak tahu kapan mulainya dan siapa yang menularkan yang jelas si “bule” itu sekarang merajalela.Penyakit keriting kuning pada cabai memang sulit dikendalikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari golongan geminivirus. Virus ini sudah menyebar di berbagai daerah di Indonesia, baik di Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Bali, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Bengkulu, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Sejak kapan virus ini menyebar tidak ada data, yang jelas akibat dari virus ini saat ini sudah menghawatirkan.
Gejala serangan virus ini berawal dari tunas tanaman yang menguning, keriting dan kaku. Umur tanaman mulai terserang tidak pasti, kadang masih kecil, masa pertumbuhan bahkan pada waktu masa generatif bisa terserang tergantung kapan terjadinya inveksi virus tersebut. Biasanya setelah virus ini menyerang  satu tanaman pada suatu hamparan maka akan cepat menular ke tanaman yang lain.  Kalau virus ini menyerang dari awal pertumbuhan maka bisa dipastikan tanaman tidak akan berbuah, tapi kalau virus tertular setelah vase generatif buah yang sudah jadi akan tetap jadi tetapi tidak ada buah baru yang muncul.
Virus ini ditularkan oleh vektor (pembawa virus). Biasanya di kalangan petani KUTU PUTIH/KUTU KEBUL (Whitefly, Bemisia tabaci Genn.) dikenal sebagai vektor virus ini. Ini bisa dilihat apabila terjadi keriting kuning di bagian bawah daun yang terserang biasanya terlihat adanya kutu yang berwarna putih. Kutu kebul ini merupakan hama pencucuk penghisap yang menghisap cairan tanaman terutama pada pucuk daun atau tunas tanaman.
Dari pustaka yang saya dapat Geminivirus merupakan virus tanaman yang banyak menimbulkan kerusakan di daerah tropik dan subtropik. Geminivirus ini mempunyai genom berupa DNA utas tunggal (single stranded/ss DNA), berbentuk lingkaran dan terselubung protein dalam virion ikosahedral kembar (gemini) dengan ukuran 18~30 nm. Virus ini diklasifikasikan dalam famili Geminiviridae yang terbagi dalam 4 genus (Mastrevirus, Curtovirus, Topovirus, dan Begomovirus) berdasarkan struktur genom, serangga vektor dan tanaman inang. Genus Mastrevirus mempunyai genom berukuran 2.6~2.8-kilo base (kb), ditularkan oleh wereng hijau (Leafhopper) ke tanaman monokotil. Genus Curtovirus merupakan virus dengan genom berukuran 2.9~3.0 kb., ditularkan juga oleh wereng hijau (Leafhopper) ke tanaman dikotil. Genus Topovirus mempunyai ukuran genom yang sama dengan Curtovirus, namun virus ini ditularkan oleh wereng pohon (Treehopper) ke tanaman dikotil. Sedangkan genus Begomovirus mempunyai genom berukuran 2.5~2.9 kb., yang menyerang tanaman dikotil dan ditularkan oleh kutu kebul (Whitefly, Bemisia tabaci Genn.). Begomovirus mempunyai spesies yang paling banyak dan menyerang banyak tanaman di bandingan 3 genus yang lainnya. Untuk membedakan virus sampai ke tingkat spesies maka mengetahui urutan sekuen DNA merupakan cara yang paling tepat.
Hasil sekuen DNA begomovirus asal tanaman cabai dari Indonesia dibandingkan dengan beberapa spesies begomovirus yang telah di ketahui di GenBank diantaranya Tomato yellow leaf curl virus (TYLCV, X15656), Tomato leaf curl virus (ToLCV, S53251), Tomato yellow leaf curl Thailand virus (TYLCTHV, X63015), Ageratum yellow vein virus (AYVV, X74516), Pepper leaf curl virus (PepLCV, AF134484), Tomato leaf curl Indonesia virus (ToLCIDV, AF189018) dan Tomato leaf curl Java virus (ToLCJAV, AB100304), menunjukkan kesamaan sekuen DNA di bawah 90%. Artinya bahwa begomovirus asal tanaman cabai dari Indonesia merupakan spesies yang berbeda dengan begomovirus yang sudah di laporkan sebelumnya. Kemudian di namakan Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PepYLCIDV) dan terdaftar di DDBJ (DNA Data Bank of Japan), EMBL (The European Molecular Biology Laboratory) atau GenBank dengan accession number AB189850. Secara genetik PepYLCIDV mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan ToLCPHV asal Filipina di bandingkan spesies lainnya. (Sukamto, peneliti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Bogor, Departemen Pertanian RI).
Sampai sekarang belum ditemukan obat atau zat kimia yang dapat mematikan atau menginaktifkan virus ini. Yang dapat dilakukan oleh petani hanyalah mengendalikan vektor tersebut, baik dengan pengendalian hama terpadu ataupun dengan pestisida. Pembersihan tanaman inang lain seperti tomat, rumput babandotan (Ageratum conyzoides L.), tembakau dan tanaman lain yang disukai oleh kutu kebul dapat membantu mengurangi populasi kutu tersebut. Kita harus mulai waspada apabila salah satu tanaman kita sudah terserang virus lebih baik dicabut kemudian dibuang atau di musnahkan, karena tanaman yang sakit tersebut akan menjadi inang dan akan menularkan virus tersebut ke tanaman yang lain. Dengan pengendalian kutu kebul dari tanaman muda atau mulai tanam akan membantu mengendalikan virus ini.
Kita tunggu saja apakah beberapa tahun kedepan para profesor dan orang-orang jenius di bumi ini dapat mengendalikan virus ini.

No comments:

Post a Comment