Monday, July 18, 2011

Biopestisida dari Kuning Telur dan Minyak Masak

Salah satu biopestisida yang kini populer dan luas digunakan oleh petani di Korea ialah campuran kuning telur dengan minyak masak. Harganya murah sekitar seperempat harga pestisida kimia, mudah dibuat sendiri oleh petani, daya kendalinya terhadap hama serangga dan agen-agen penyebab penyakit (patogen) cukup tinggi atau baik. Biopestisida hasil karya Hyeong-Jin Jee dari Divisi Pertanian Organik Lembaga Nasional Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pertanian Pedesaan Korea itu dinamai EYCO, singkatan egg yolk (kuning telur) dan cooking oil (minyak masak).


Kedua bahan tersebut hanya dicampur dengan mesin pengaduk sederhana. Biopestisida ini selain mampu melawan hama dan penyakit berguna pula untuk menyehatkan tanaman karena kuning telur biasa digunakan sebagai pupuk hayati. Mengenai minyak masak yang digunakan dan rasio campuran dengan kuning telur, Hyeong-Jin Jee memberi contoh sbb: Untuk mengendalikan kapang putih pada tanaman timun dan daun sla (lettuce), yang paling efektif, yakni dengan daya kendali sampai 95% adalah dengan menggunakan campuran 0,3-0,5 minyak biji matahari atau minyak kanola yang diemulsikan dengan 0,1% kuning telur. Ia memberi catatan, emulsifikasi harus sampai campuran benar-benar homogen, yakni dengan motor pencampur kecepatan tinggi lebih dari 5 menit. EYCO juga cukup efektif terhadap berbagai mikroba termasuk mycelia dan conidia. Pada dasarnya, EYCO bisa digunakan pada semua jenis tanaman untuk melindunginya dari berbagai jenis penyakit dan serangga. Namun demikian, efek perlindungan atau proteksi biopestisida ini lebih tinggi dibanding efek kuratif atau pengobatannya. Diakui pula bahwa biopestisida ini lebih efektif bila digunakan mengendalikan kapang putih dan serangga-serangga ukuran kecil seperti kutu dibanding serangga lebih besar seperti trips, moth dan patogen yang kuat seperti Colletotrichum. Tetapi daya kendali tersebut bisa pula ditingkatkan dengan cara mencampurnya dengan biopetsisida lainnya seperti Bacillus thuringiensis, ekstrak mimba, ekstrak lada, dsb maupun dengan sulfur, hidroksida tembaga dsb. ENZIM BARU UNTUK DETEKSI MELAMIN Pencemaran melamin telah menjadi momok baru di dunia industri makanan. Para ilmuwan sibuk mencari cara baru yang lebih efisien dan praktis serta murah mendeteksi cemaran melamin dalam suatu produk. Salah satu cara terbaru adalah penggunaan enzim baru yang ditemukan oleh Michael Sadowsky dari Institut Bioteknologi Universitas Minnesota, Amerika Serikat. Enzim baru tersebut, melamine deaminase bekerja dengan cara memecahkan salah satu ikatan C-N dalam melamin untuk melepas ammonia. Ammonia itu bisa dideteksi dengan satu cara yang membuatnya menjadi cairan berwarna biru.

No comments:

Post a Comment