Salam Tani !! Untuk petani yang tinggal di daerah dataran tinggi
(pegunungan) khususnya yang membudidayakan kubis siapa yang tidak kenal
dengan Dipel, Xentari, Turex atau nama dagang yang lain. Insektisida
tersebut sangat ampuh mengendalikan hama ulat kubis baik Crocidolomia binotalis atau Plutella xylostella. Bioinsektisida dengan bahan aktif Bacillus thuringiensis
tersebut keampuhannya bisa mengalahkan insektisida kimia berbahan aktif
golongan piretroid sintetik, karbamat maupun organophospat. Kali ini
maspary di Gerbang Pertanian ini akan sedikit berbagi tips tentang Teknologi Sederhana Mengembangkan Dipel yang berbahan aktif Bacillus thuringiensis .
Kenapa harus Dipel ? Karena Dipel adalah bioinsektisida yang berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis subsp. kurtaki
yang secara alami mampu membunuh ulat serangga pengganggu dan pemakan
daun namun aman bagi serangga lain, burung, ikan atau hewan berdarah
panas. Karena berbahan aktif mikroorganisme maka bioinsektisida tersebut
bisa dikembangkan tanpa mengurangi kekuatan daya kendalinya
(efikasinya). Dipel merupakan insektisida biologis yang bekerja sebagai
racun lambung, sehingga jika dimakan oleh ulat Bacillus thuringiensis akan bekerja menjadi racun perut si ulat tersebut.
Bahan dan alat untuk mengembangkan Bacillus thuringiensis :
- Starter menggunakan bioinsektisida Dipel 10 gram
- Limbah cair tahu 10 liter
- Onggok tapioka 5 kg
- Kapur 1 sendok makan
- Ember
- Pengaduk
- Air steril 1 liter
Cara Pembuatan :
- Campurkan 10 liter limbah tahu cair, 5 kg onggok tapioka dan 1 sendok makan kapur
- Rebus hingga mendidih dan diamkan sampai dingin (sebagai media).
- Larutkan 10 gram bubuk Dipel dalam 1 liter air steril (sebagai starter)
- Campurkan larutan Dipel tersebut dengan media yang telah dingin tadi
- Inkubasikan dalam suhu kamar selama 3 hari
- Rebus semua bahan tersebut dengan panas maksimal 50°C hingga menjadi bubuk.
Cara penggunaan biakan Dipel :
- Larutkan 1 gram bubuk biakan Dipel tersebut dalam 1 liter air (14 gr dalam 1 tangki semprot).
- Semprotkan secara merata pada permukaan daun dan batang tanaman kalau bisa pada sore hari.
- Untuk hasil yang maksimal sebaiknya dicampur dengan perekat.
- Menurut informasi kekuatan biakan Bacillus thuringiensis tersebut tidak kalah dengan Dipel yang kita beli dari kios pertanian bahkan kekuatan toksisitasnya bisa 27 kali dibanding Dipel.
Tidak
ada salahnya kalau maspary mengajak rekan-rekan petani untuk mencoba
menghemat pengeluaran usaha tani kita dengan mengembangkan Bacillus thuringiensis
(Dipel), karena biakan tersebut secara alami mampu mengontrol ulat dan
serangga pengganggu, mempunyai daya toksisitas terhadap serangga sasaran
lebih tinggi 27 kali dari produk komersial, bahan baku mudah dan
murah, proses pembuatan yang sederhana, ramah lingkungan dan tidak
mengandung unsur kimiawi.
Cuma sayang dari pengamatan maspary dilapangan bioinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis tersebut belum berkembang didataran rendah. Apa mungkin ada pengaruh suhu terhadap efektifitas BT (Bacillus thuringiensis ) atau mungkin alasan yang lain maspary kurang tahu. Jika ada pembaca yang ada informasi silahkan tulis di kolom komentar.
Maspary berharap semoga info tentang Teknologi Sederhana Mengembangkan Dipel yang berbahan aktif Bacillus thuringiensis tersebut bisa bermanfaat bagi rekan-rekan Gerbang Pertanian semua.
Sukses Petani Indonesia !!
Mas bray... Saya ambil ini buat penelitian saya . untuk pengendalian hama ulat api tanaman kelapa sawit. Mau saya uji di dataran rendah . tpi saya belum dapatkan staternya (dipel wp) .... Mohon bantuannya
ReplyDeleteMas bray... Saya ambil ini buat penelitian saya . untuk pengendalian hama ulat api tanaman kelapa sawit. Mau saya uji di dataran rendah . tpi saya belum dapatkan staternya (dipel wp) .... Mohon bantuannya
ReplyDelete